Liputan6.com, Jakarta Musim panas ini menjadi ujian bagi AC Milan. Mereka wajib memperkuat skuad, tetapi jalan menuju sana tak sepenuhnya mulus. Risiko mengintai di balik strategi belanja yang penuh perhitungan.
Rossoneri sudah mengamankan beberapa nama, seperti Pervis Estupinan, Luka Modric, dan Samuele Ricci. Namun, belum semua posisi krusial terisi, dan negosiasi yang lambat mulai menimbulkan kekhawatiran. Strategi hemat yang diusung bisa berbalik menjadi bumerang.
Milan kini harus memilih, apakah terus mengandalkan diskon dan menunggu hingga detik akhir bursa, atau berani bertindak cepat dan tegas? Pilihan itu bisa menentukan arah musim depan.
Belanja Hemat, Risiko Tinggi
Dalam bursa transfer kali ini, Milan berhasil mendapatkan beberapa pemain dengan harga miring. Untuk Ricci, laporan mengatakan bahwa Rossoneri berhemat hampir €10 juta (sekitar Rp176 miliar). Sedangkan Estupinan didapatkan seharga €19 juta (sekitar Rp334 miliar), lebih rendah dari nilai awal €23 juta.
Strategi ini memberi efek positif dalam jangka pendek. Namun, ketergantungan pada diskon bisa jadi bumerang dalam jangka panjang. Tidak semua klub akan memberi potongan harga, apalagi jika tahu Milan sangat menginginkan pemain tersebut.
Kini Milan berharap keajaiban serupa terjadi untuk target berikutnya. Mereka ingin harga turun tanpa harus menaikkan tawaran, sedangkan waktu terus berjalan.
Negosiasi Buntu, Waktu Terbuang
Milan saat ini membidik Ardon Jashari untuk lini tengah. Tawaran final sudah diajukan, dan klub enggan menaikkan lagi harga. Jika ditolak, Milan akan mencari opsi lain meski prosesnya akan makan waktu.
Sikap alot ini memicu perdebatan internal. Beberapa pihak menilai Milan terlalu pelit, sementara yang lain mendukung sikap tegas klub. Masalahnya, Brugge tetap meminta harga lebih walau tawaran Milan tergolong rekor untuk pemain sekelas Jashari.
Jika Milan mundur, dua bulan negosiasi akan sia-sia. Jika maju dan menambah tawaran, kredibilitas publik klub bisa diragukan.
Penantian di Garis Depan
Posisi penyerang juga belum terisi, dan ini jadi perhatian. Milan mengincar Dusan Vlahovic, tapi kepindahan hanya mungkin terjadi akhir Agustus, tergantung Juventus atau sang pemain.
Opsi lain adalah Goncalo Ramos, tapi PSG hanya mau menjual, bukan meminjamkan. Milan pun memilih menunggu hingga akhir bursa, berharap skenario peminjaman terbuka.
Ini jelas perjudian. Daripada mencari alternatif lain, Milan memilih bertaruh pada kemungkinan diskon di detik akhir. Strategi ini sangat berisiko. Pasalnya, pelatih Massimiliano Allegri sangat membutuhkan seorang ujung tombak yang bisa diandalkan.
Antara Konsistensi dan Fleksibilitas
Milan punya struktur gaji yang ketat dan enggan mengorbankan keseimbangan tim. Tawaran untuk Jashari sudah dianggap wajar, bahkan cukup murah hati. Namun, terjebak menunggu justru jadi masalah.
Milan tak segera beralih ke target lain sebelum jalur ini buntu total. Hal ini memperlambat pergerakan klub dan membuat banyak pihak frustrasi.
Kondisi ini bisa berubah dalam seminggu. Namun, jika gagal, Milan akan dinilai terlalu bergantung pada keberuntungan dalam negosiasi.
Harga Sebuah Musim
Jika Milan akhirnya mundur, dua bulan usaha jadi sia-sia. Jika mereka menambah tawaran, maka janji publik yang dibu...