Liputan6.com, Jakarta Bek senior Manchester United, Luke Shaw, mengungkap kondisi internal klub yang selama ini ditutupi. Dalam sebuah wawancara yang digelar di Chicago, Shaw menyebut bahwa lingkungan di ruang ganti Setan Merah telah lama tidak sehat, bahkan ia menyebutnya sebagai 'sangat toxic'.
Pemain asal Inggris yang telah 11 tahun membela panji Manchester United. Dia tahu betul internal klub seperti apa. Bek Timnas Inggris tersebut mengakui bahwa suasana negatif sudah menjadi bagian dari klub sejak lama.
Beberapa pelatih datang dan pergi pasca-era Sir Alex Ferguson, tetapi tak satu pun mampu membalikkan kondisi internal tim yang terus terpuruk secara budaya.
Kini, Shaw menaruh harapan besar kepada manajer baru, Ruben Amorim. Pelatih asal Portugal itu disebut membawa pendekatan yang tegas dan tanpa kompromi, sebuah sikap yang menurut Shaw sangat dibutuhkan untuk memutus rantai budaya negatif yang selama ini menghantui klub.
Dukung Perubahan yang Diusung Ruben Amorim
Sejak pertama kali tiba di Old Trafford pada bulan November, Ruben Amorim langsung menunjukkan ketegasan dalam menerapkan standar tinggi. Ia bahkan mengambil keputusan berani dengan mencoret Marcus Rashford dari skuad karena dinilai tidak maksimal dalam latihan.
Alejandro Garnacho pun pernah berselisih dengannya, usai menunjukkan ekspresi kecewa secara terbuka saat tidak dimainkan di final Liga Europa.
"Tidak sulit untuk melihat dari luar seperti apa keadaannya. Sering kali selama saya di sini selama beberapa tahun terakhir, situasinya sangat negatif," kata Shaw dikutip dari Fotmob.
"Lingkungannya bisa sangat toxic, sama sekali tidak sehat. Kita membutuhkan lingkungan yang sehat, positif, dan penuh energi positif serta kebahagiaan. Ketika Anda memiliki semua itu, Anda merasa bebas dan lebih banyak mengekspresikan diri."
Langkah Amorim tersebut menunjukkan bahwa ia tidak terpengaruh oleh nama besar atau status pemain. Ia hanya peduli pada profesionalisme dan dedikasi. Filosofi ini mendapat dukungan penuh dari Shaw, yang kini menjadi pemain dengan masa bakti terlama di skuad utama United.
Tuntutan 100% dan Peran Pemain Senior
Shaw menekankan bahwa Amorim hanya menginginkan satu hal dari para pemain: totalitas. Tidak ada toleransi bagi mereka yang bermain setengah hati. Sang manajer juga tidak ragu membuat keputusan keras demi menjaga standar tim tetap tinggi, terlepas dari siapa pemainnya.
"Ruben menuntut banyak hal. Mentalitas itu penting. Dia sering membicarakannya. Dia menuntut 100% dan tidak menginginkan kurang dari itu. Jika seseorang bermain 85-90%, itu tidak cukup. Saya pikir, terutama tahun ini, jika Anda tidak melakukan hal yang benar, Anda tidak akan bermain," jelas Shaw.
"Manajer tidak peduli. Dia tidak peduli siapa pemainnya. Begitulah seharusnya. Apa pun yang dia inginkan, sebagai pemain, kami harus mewujudkannya, dan kami sepenuhnya mendukung itu," tegasnya.
Sumber: FotMob