TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit) menyajikan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan komposisi bahan mentah berupa beras. Sebanyak 4.705 siswa dari 18 sekolah menerima distribusi makan gratis dari SPPG yang terletak di Jalan Bulak III Nomor 55, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyaluran MBG dengan bahan mentah mendapat beragam reaksi dari orang tua siswa penerima MBG dari SPPG Yasmit. Tina, yang menyekolahkan putrinya di bangku kelas 2 SDN Cempaka Putih 02 keberatan dengan peralihan menu MBG itu.
Tina bercerita sejak awal Juni ia sudah dua kali mengambil jatah MBG anaknya ke sekolah. Hal itu dilakukan di luar jam pelajaran karena sekolah telah selesai menyelenggarakan ujian semester. Dalam satu paket MBG yang harus dikonsumsi dalam satu pekan, anak bungsu Tina mendapat beras sekitar 300 gram, baby fish krispi, kacang atom, dan telur puyuh.
"Saya kalau beras enggak terpakai," ujar Tina saat ditemui di kawasan Jalan Bulak III Nomor, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, pada Kamis, 19 Januari 2025. Tina mengatakan beras itu akhirnya diberikan kepada orang lain karena jatah makan untuk anaknya sudah termasuk dalam nasi yang ia tanak.
Perempuan berusia 45 tahun itu juga menyayangkan pemilihan makanan pendamping lainnya. Ia menyebut tiga butir telur puyuh sudah tidak dalam keadaan segar sehingga anaknya enggan memakan sumber protein hewani itu. Adapun cemilan berupa kacang goreng yang ia cicipi juga rasanya "sudah tidak enak."
"Akhirnya terbuang juga enggak dimakan, sayang kan," tuturnya. Menurut Tina, ia pernah tidak mengambil satu kali paket MBG karena merasa terlalu merepotkan untuk datang ke sekolah di saat anaknya libur.
Keluhan soal pembagian menu MBG dengan bahan mentah juga datang dari wali murid yang bersekolah di SDN Cempaka Putih 01 yang letaknya bersebrangan dengan SDN Cempaka Putih 02. Rusmiatun yang menyekolahkan anaknya di bangku kelas 1 mengatakan bahwa menu-menu MBG tidak sesuai dengan selera anaknya.
"Anak saya enggak doyan telur puyuh, enggak doyan ikan asin juga," kata Rusmiatun menceritakan alasan anaknya tak mengonsumsi MBG. Ia menyayangkan pemberian MBG yang belum siap dinikmati.
Kendati begitu, seorang ibu dari anak kelas 3 di SDN Cempaka Putih 02 tidak mempermasalahkan peralihan menu MBG. "Enggak apa-apa kalau lebih ke sembako," ujar Desi saat ditemui di sela-sela ia membeli jajanan pasar di sekitar SPPG Yasmit.
Desi tidak merasa repot meski harus memasak beras dari MBG untuk dikonsumsi anaknya. Alasannya, itu lebih baik dibanding MBG yang terbuang karena tidak dikonsumsi di sekolah. Desi menceritakan anaknya cukup pemilih soal makanan dan enggan memakan sayur.
Ia juga menyarankan agar SPPG meningkatkan cita rasa MBG yang disajikan. "Rasanya (hambar), lebih baik makanan rumah sakit," ujar perempuan berusia 37 tahun itu.
Menurut pantauan Tempo di lokasi dapur MBG, tidak ada aktivitas di SPPG Yasmit sejak pukul 06.00 sampai 07.15 WIB. Kepala SPPG Yasmit Asfiyah Auliyaillahi Bashiro membenarkan bahwa dapur sedang libur. Bashiro mengatakan pemilihan menu dengan bahan mentah disiapkan agar bisa dibawa pulang ke rumah oleh siswa.
"Mengingat sekolah sudah libur, class meeting yang pulang awal. Guru-guru pun tidak menyanggupi, hingga wali murid yang mewakili anaknya mengambil ke sekolah," kata Bashiro dalam pesan tertulis pada Kamis.
Ia menjelaskan menu MBG pekan ini terdiri dari beras untuk 5 hari, telur puyuh rebus untuk 1 hari, baby nila crispy 5 hari, kacang kriwil 4 hari, pisang ambon lumut 2 buah, jeruk manis 2 buah, 1 buah apel malang, 1 kemasan susu UHT. "Jadi yang belum diolah hanya beras," tuturnya.
Menurut Bashiro pemilihan menu itu sesuai standar operasional yang diberikan Badan Gizi Nasional. Pemilihan menu itu juga diklaim didasarkan perhitungan angka kecukupan gizi.
Menurut Kepala Badan Gizi Nasional, peralihan menu ini bukan merupakan kebijakan resmi dari pemerintah. "Belum ada kebijakan BGN seperti itu (memberikan menu MBG bahan mentah)," katanya dalam pesan tertulis pada Kamis, 19 Juni 2025.
Ia berujar tidak ada keputusan sepihak terkait format pembagian MBG tanpa landasan kebijakan dari BGN. Adapun saat ini, kata Dadan, BGN tengah menyusun petunjuk teknis tentang ketentuan penyaluran MBG selama masa libur sekolah.