Liputan6.com, Jakarta - Jakarta kembali mencatat kualitas udara terburuk di dunia dalam beberapa pekan terakhir. Tak hanya berdampak pada saluran pernapasan, paparan polusi udara juga dapat memperparah kondisi kulit, termasuk memicu munculnya jerawat.
Menurut dr. Arini Astasari Widodo, SM, SpKK, seorang dokter spesialis kulit, kelamin, dan estetik yang juga merupakan alumni Harvard Medical School, polusi udara dapat menjadi salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan kulit secara signifikan.
"Polusi mengandung partikel halus, senyawa organik volatile, dan logam berat. Ketika polutan ini bereaksi dengan sinar matahari, akan terbentuk radikal bebas. Radikal bebas ini bisa memicu stres oksidatif pada kulit, menyebabkan peradangan, bahkan memperparah jerawat," kata dr. Arini, yang juga merupakan dosen dan peneliti Fakultas Kedokteran UKRIDA, Departemen Kulit.
Radikal Bebas Pemicu Jerawat
Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang mencari keseimbangan dengan mencuri elektron dari molekul lain di kulit.
Proses ini memicu stres oksidatif, yang berdampak pada kerusakan sel kulit dan gangguan sistem pertahanan kulit terhadap iritan dari luar.
"Ketika kulit mengalami stres oksidatif, produksi sebum atau minyak alami kulit bisa meningkat. Sebum yang berlebih kemudian menyumbat pori-pori dan menciptakan lingkungan ideal bagi bakteri Cutibacterium acnes berkembang," kata dr. Arini.
Akibatnya, peradangan pun terjadi, dan muncullah jerawat. Baik dalam bentuk komedo, papul, maupun pustul.
Tak hanya itu, polusi juga memperburuk kondisi jerawat yang sudah ada sehingga tampak lebih merah, bengkak, dan terasa sakit.
Gangguan Fungsi Barier Kulit
Dampak lain dari paparan polusi adalah terganggunya fungsi barier kulit. Barier kulit yang sehat berfungsi menjaga kelembapan dan melindungi tubuh dari bakteri atau zat berbahaya dari luar.
"Radikal bebas dapat merusak struktur barier kulit, membuat kulit lebih sensitif, kering, dan mudah teriritasi. Ketika barier rusak, bakteri bisa lebih mudah masuk dan memperparah kondisi jerawat," kata dr. Arini.
Gangguan ini juga membuat proses penyembuhan kulit menjadi lebih lama, apalagi jika jerawat sudah dalam tahap inflamasi.
Hiperpigmentasi dan Bekas Jerawat
Selain memicu dan memperparah jerawat, polusi udara juga berdampak pada munculnya hiperpigmentasi pasca-peradangan (Post-Inflammatory Hyperpigmentation/PIH).
Ini adalah kondisi di mana bekas jerawat menjadi kehitaman dan sulit memudar. "Stres oksidatif memperlambat regenerasi kulit dan menyebabkan pigmentasi tidak merata. Akibatnya, bekas jerawat menjadi lebih gelap dan membutuhkan waktu lebih lama untuk hilang," tambahnya.
Untuk melindungi kulit dari dampak buruk polusi, dr. Arini menyarankan agar masyarakat rutin membersihkan wajah minimal dua kali sehari dengan pembersih yang sesuai jenis kulit. Selain itu, penggunaan skincare dengan kandungan antioksidan sangat dianjurkan.
"Gunakan produk yang mengandung vitamin C, vitamin E, niacinamide, atau ferulic acid. Kandungan ini membantu menetralisir radikal bebas dan memperkuat barier kulit," katanya.
Tak kalah penting, penggunaan sunscreen setiap hari wajib dilakukan, bahkan saat tidak beraktivitas langsung di bawah sinar matahari.
Sunscreen membantu mencegah radikal bebas yang terbentuk akibat interaksi polusi dengan sinar UV.