TEMPO.CO, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia alias PSI mengubah logo partainya dari bunga mawar menjadi gajah. Penampakan logo baru ini sudah terlihat di sudut kota Solo menjelang Kongres PSI pada 19-20 Juli 2025.
Pengumuman resmi dilakukan dalam Kongres PSI pada 19-20 Juli 2025. Ketua Steering Committee Kongres PSI, Andy Budiman, menyebut langkah ini sebagai bagian dari rebranding besar-besaran partai. “Sederhananya, rebranding akan dilakukan dengan penggantian logo,” kata Andy kepada pers di Kantor Dewan Pimpinan Pusat PSI, Jakarta, Sabtu, 12 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, Sekretaris Steering Committee, Benidiktus Papa atau Beni Papa, menjelaskan bahwa perubahan logo ini tidak akan disertai dengan pergantian nama partai. PSI akan tetap mempertahankan nama dan identitas dasarnya, namun dengan semangat baru sebagai partai super terbuka. “Terkait dengan perubahan nama, saya kira tidak ada,” jelas Beni.
Logo lama PSI dikenal dengan simbol kepalan tangan menggenggam bunga mawar putih di dalam kotak merah menyala. Huruf "P" dalam tulisan "PSI" didesain terbuka, melambangkan keterbukaan partai terhadap ide-ide baru dan keberagaman. Simbol-simbol itu sekarang resmi ditanggalkan.
Bukan Satu-satunya yang Ganti Logo
PSI bukan satu-satunya partai politik yang mencoba menegaskan jati diri barunya lewat perubahan lambang. Beberapa partai lain telah lebih dulu melakukan langkah serupa, dengan makna dan konteks politik yang berbeda.
Logo baru PKS. dok.Panitia Munas PKS
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), misalnya. Pada 2020, partai ini merombak total logonya. Logo baru mereka menanggalkan simbol Ka'bah berwarna hitam yang selama ini identik dengan partai tersebut. Diganti dengan warna oranye, putih, dan hitam, serta tetap mempertahankan dua bulan sabit yang mengapit untaian padi. Mars dan hymne partai pun ikut diubah.
“Esensi perubahan ini adalah agar PKS tampil lebih segar, lebih dekat, dan terbuka untuk semua kalangan,” kata Sekretaris Jenderal PKS, Aboe Bakar Alhabsyi, kala itu.
Lalu ada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Lambang kepala banteng berhidung putih alias banteng moncong putih saat ini adalah hasil dari rebranding pascareformasi 1998. Namun akar visual itu sudah tumbuh sejak Sukarno mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pada 1927. Saat itu, PNI menggunakan logo kepala banteng dalam bingkai segitiga, melambangkan nasionalisme, sosialisme, dan demokrasi.
Ketika fusi partai dipaksakan Orde Baru menjelang Pemilu 1977, PNI dilebur ke dalam PDI. Namun konflik internal meletup sepanjang dekade 1990-an, berpuncak pada peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli pada tahun 1996.
Kejadian terjadi rentang dua bulan pasca turunnya Megawati. Pendukung Hardjono menyerbu Kantor PDI kubu Megawati. Setelah kejadian itu, di bawah kepemimpinan Hardjono, PDIP mendapatkan hasil tak menguntungkan pada Pemilu 1997. Ketika Soeharto lengser pada 1998, berakhirlah rezim Orde Baru.
Sistem tiga partai turut runtuh. Partai-partai tumbuh bagai cendawan di musim penghujan. PDI yang selama Orde Baru direcoki pemerintah akhirnya lapang haluan. Pada 1999, Megawati Soekarnoputri kemudian merombak nama partainya dengan menambahkan embel-embel Perjuangan. Logonya juga diganti.
Megawati meminta Triawan Munaf, eks Kepala Badan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, itu untuk membuat logonya. Megawati, kata Triawan, saat itu meminta agar dibuatkan logo partai yang baru, segar dan progresif. Salah satu ide yang Megawati curahkan adalah moncong putih. Dari tangan ayah penyanyi Serina Munaf ini, logo baru lahir.
“Itu tim ya yang buat logo, tahun 1999. Itu kita diminta Ibu Mega untuk menciptakan identitas baru PDIP,” kata Triawan Munaf.
Budiarti Utami Putri, Hendrik Khoirul Muhid Dan Myesha Fatina Rachman berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Soal Candaan Logo Berubah Jadi Kancil, Dasco: Enggak Ada Niat Menyindir PSI