TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar TNI membantah keterlibatan prajuritnya dalam kematian Abral Wandikbo yang ditemukan tewas pada 25 Maret 2025. Kepala Pusat Penerangan atau Kapuspen TNI Mayor Jenderal Kristomei Sianturi mengatakan, tudingan itu sebagai propaganda dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Menurut dia, korban tewas merupakan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB-OPM wilayah Ndugama. "Tudingan ini selalu dilakukan oleh OPM apabila ada anggotanya yang tertembak," ujar Kristomei dalam keterangannya, dikutip pada Ahad, 15 Juni 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, TNI memiliki bukti yang cukup untuk menyatakan Abral sebagai bagian dari kelompok separatis tersebut. "Terbukti dengan adanya foto yang bersangkutan sambil membawa senjata," ucapnya.
Dia membenarkan adanya penangkapan terhadap Abral Wandikbo yang dilakukan prajurit TNI di Daerah Yuguru, Papua Pegunungan. Kristomei mengklaim, operasi penindakan itu dilakukan terukur dan profesional.
Setelah beberapa hari ditahan di Pos TNI, Abral dibawa oleh prajurit TNI ke Kampung Kwit. Kristomei mengatakan, hal itu dilakukan untuk mencari senjata organik yang disimpan kelompok OPM di honai (bangunan rumah) di Kampung Kwit.
"Di tengah perjalanan, Abral melarikan diri. Kemudian prajurit TNI mengeluarkan tembakan peringatan," ucapnya.
Dia mengatakan, Abral melarikan diri dan melompat ke arah jurang. Menurut dia, saat itu aparat TNI memutuskan untuk tidak melanjutkan upaya pengejaran terhadap Abral.
Penyebabnya, klaim Kristomei, adalah ancaman faktor keamanan. "Berisiko tinggi bagi keselamatan pasukan apabila melanjutkan gerakan," katanya.
Pernyataan Mabes TNI itu bertolak belakang dengan kesaksian masyarakat yang dihimpun Koalisi Masyarakat Sipil beserta Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua. Laporan kronologi peristiwa ini juga telah diserahkan ke Puspom TNI untuk dilakukan penyelidikan.
Dalam laporan tersebut, Abral dikenal sebagai warga sipil yang sehari-harinya bertani dan tidak memiliki keterlibatan dengan OPM. "Menurut keterangan saksi dan keluarga korban, kegiatan sehari-hari Abral adalah merawat ayahnya yang sakit selama 4-5 tahun terakhir," tulis laporan Koalisi Masyarakat Sipil.
Berdasarkan temuan Koalisi, Abral disebut dibawa prajurit TNI keluar pos menuju pinggir kali Mrame pada malam setelah beberapa hari sebelumnya ditahan. Lokasi ini diduga menjadi tempat anggota militer membunuh Abral.
Jasad Abral dibuang ke area perkebunan. Masyarakat yang memberikan kesaksian mengaku melihat aktivitas sejumlah prajurit TNI di lokasi Abral dibunuh. Namun, anggota TNI yang ditemui masyarakat mengatakan Abral melarikan diri ketika hendak dibawa menuju ke Kampung Kwit.
Sehari berselang, keluarga korban menemukan jasad Abral dalam keadaan termutilasi di bagian wajah. Tangan Abral juga ditemukan telah memakai gelang bermotif Bintang Kejora. Salah satu saksi memastikan bahwa Abral tidak pernah memakai gelang bermotif simbol yang identik dengan OPM tersebut.