Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya berdampak pada paru-paru, polusi udara ternyata juga bisa memperparah masalah kulit, termasuk jerawat. Menurut Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetik, Dr. Arini Astasari Widodo, SM, SpKK, polusi memiliki pengaruh signifikan terhadap munculnya jerawat.
"Jerawat adalah kondisi kulit multifaktorial, artinya banyak faktor yang memicunya, termasuk hormon, genetik, produksi minyak, bakteri, dan juga lingkungan, seperti polusi," kata Dr. Arini yang juga merupakan alumni Harvard Medical School dan dosen Fakultas Kedokteran UKRIDA.
Dr. Arini menjelaskan bahwa polusi udara di kota besar seperti Jakarta mengandung partikel halus, senyawa kimia organik, logam berat, dan zat berbahaya lainnya.
Ketika partikel ini berinteraksi dengan sinar matahari, bisa terbentuk radikal bebas, yakni molekul tidak stabil yang menyebabkan stres oksidatif di kulit.
"Radikal bebas akan merusak sel-sel kulit dengan mencuri elektronnya. Ini memicu peradangan, memperburuk jerawat, dan memperlambat proses penyembuhan kulit," katanya.
Stres oksidatif dari radikal bebas juga menurunkan kemampuan kulit untuk mempertahankan kelembaban, sehingga barier kulit terganggu. Akibatnya, kulit menjadi lebih sensitif dan mudah teriritasi.
Produksi Sebum Berlebihan dan Jerawat
Polusi juga diketahui dapat menempel pada pori-pori kulit dan memicu produksi minyak atau sebum secara berlebihan.
"Sebum yang berlebih menciptakan lingkungan ideal bagi bakteri Cutibacterium acnes tumbuh dan berkembang. Bakteri inilah yang menjadi salah satu penyebab utama jerawat inflamasi," kata Dr. Arini.
Pori-pori yang tersumbat oleh kotoran dan sebum akan membentuk komedo. Bila terinfeksi bakteri, maka timbullah jerawat merah, meradang, bahkan bernanah.
Peradangan dan Bekas Jerawat
Dampak lanjutan dari polusi adalah peradangan. Menurut Dr. Arini, peradangan yang terjadi karena stres oksidatif memperburuk lesi jerawat yang sudah ada dan memicu pembentukan jerawat baru.
"Peradangan ini juga bisa menyebabkan hiperpigmentasi pasca-peradangan atau bekas jerawat berupa noda gelap di kulit," ujarnya.
Bekas jerawat yang ditinggalkan bisa memakan waktu lebih lama untuk hilang, terutama jika kulit tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Cara Melindungi Kulit dari Dampak Polusi
Melihat dampak buruk polusi terhadap kulit, Dr. Arini menyarankan untuk menjaga kebersihan kulit secara rutin.
"Gunakan pembersih wajah yang mampu mengangkat partikel polusi tanpa merusak lapisan pelindung kulit. Tambahkan antioksidan dalam skincare routine, seperti vitamin C dan E, untuk membantu menetralisir radikal bebas," katanya.
Selain itu, penggunaan sunscreen juga penting untuk mencegah aktivasi radikal bebas oleh sinar UV.
"Pilih sunscreen yang tidak hanya melindungi dari UVA dan UVB, tapi juga mengandung anti-polusi," tambahnya.
Menurut Dr. Arini, penting untuk tidak menganggap remeh jerawat yang timbul akibat polusi.
"Masalah kulit bukan hanya soal penampilan, tapi juga bisa menjadi tanda bahwa fungsi perlindungan kulit terganggu. Jika jerawat terus muncul atau semakin parah, sebaiknya konsultasikan ke dokter spesialis kulit," pungkasnya.
Dengan pemahaman yang tepat tentang hubungan antara polusi dan jerawat, masyarakat di kota besar seperti Jakarta dapat lebih waspada dan mengambil langkah preventif untuk menjaga kesehatan kulit.