Liputan6.com, Jakarta AC Milan menjadikan Luka Modric sebagai rekrutan kedua mereka di musim panas ini. Tak perlu basa-basi, nama Modric langsung menyulut euforia ‘Modric Mania’ di Milan pada hari Senin, 14 Juli 2025 kemarin.
Gelandang 39 tahun Kroasia itu menjalani tes medis di Klinik La Madonnina dan uji kebugaran di Ambrosiana Centre sebelum menandatangani kontrak di Casa Milan. Ia diikat dengan durasi satu tahun dan opsi perpanjangan, menjadi bagian dari proyek baru Massimiliano Allegri.
Kedatangan Modric dari Real Madrid seakan menjadi pernyataan bahwa AC Milan tak hanya merekrut pemain, tapi menghadirkan filosofi sepak bola indah. Sosoknya di lini tengah ibarat maestro orkestra yang sudah teruji di panggung terbesar dunia.
Kekuatan: Maestro Pemegang Kendali Permainan
Modric adalah personifikasi pemain serbabisa dengan sentuhan seni dalam setiap aksi di lapangan. Ia bisa menggiring bola menembus lini tengah layaknya winger murni, lalu menyambung permainan dengan umpan vertikal tajam.
Atribut paling menonjol darinya adalah kemampuan menjaga bola dan melewati tekanan lawan. Gerakan cepat, teknik mumpuni, serta visi luar biasa menjadikannya ancaman yang sulit dihentikan di lini tengah.
Ia sudah terbiasa menghadapi tekanan, baik bersama Real Madrid maupun Kroasia. Melawan blok rendah atau saat memegang kendali permainan, Modric selalu tampil dengan ritme yang ia ciptakan sendiri.
Peran Ideal: Regista atau Mezzala?
Modric terbiasa bermain di dua peran utama, yaitu regista (deep-lying playmaker) dan mezzala (box-to-box), tergantung kebutuhan taktik. Ia sangat efektif sebagai pengatur tempo dari dalam, tapi juga mampu memberi energi sebagai gelandang box-to-box.
Keunggulan utamanya adalah kesediaan menerima bola di ruang sempit dan kemampuan memulai serangan dari situ. Ia masih cepat, baik secara fisik maupun dalam pengambilan keputusan.
Milan bisa memanfaatkannya sebagai pivot permainan, terutama saat butuh kontrol ritme dan arah. Dalam sistem yang tepat, ia tetap menjadi fondasi permainan yang kokoh meski usia tak lagi muda.
Kepemimpinan dan Mentalitas Juara
Modric bukan hanya pemain hebat, tapi juga pemimpin alami. Di ruang ganti Real Madrid dan Timnas Kroasia, ia selalu menjadi sosok panutan yang disegani semua kalangan.
Kepemimpinannya diuji di panggung tertinggi—final Piala Dunia 2018 dan semifinal 2022—dan ia selalu hadir sebagai motor utama. Dengan pengalaman panjang dan mental tak kenal lelah, Milan akan mendapat lebih dari sekadar gelandang teknis.
Bagi pemain muda Rossoneri, kehadiran Modric adalah sekolah berjalan. Ia adalah kombinasi langka antara pemain kreatif dan mentor yang tahu bagaimana cara menang.
Titik Lemah: Usia dan Batas Fisik
Tak ada yang abadi, dan usia menjadi satu-satunya musuh nyata Modric hari ini. Meski kecerdasan dan teknik masih luar biasa, daya ledaknya menurun jika harus bermain penuh dalam jadwal padat.
Fisik Modric sejak awal tak pernah menonjol, dan ia tak bisa diharapkan menjadi gelandang penghancur. Oleh karena itu, penempatan posisinya harus tepat—lebih ke peran kreator ketimbang pemutus serangan.
Ia juga bukan eksekutor akhir yang konsisten dalam mencetak gol. Namun, dengan sistem yang menyokongnya dengan pemain-pemain pekerja keras, Modric tetap bisa bersinar dan memegang kendali permainan.
Sumber: Sempre Milan