8 Penyebab Bau Kentut Menyengat, Belum Tentu Ada Masalah Pencernaan

Liputan6.com, Jakarta Bicara soal kentut sering membuat orang-orang mendadak malu. Padahal, buang gas adalah proses tubuh yang sepenuhnya normal dan berperan penting dalam kesehatan sistem pencernaan. 

"Sistem pencernaan adalah jalur utama tubuh untuk menyerap nutrisi yang dibutuhkan untuk hidup, sekaligus menjadi pertahanan terhadap penyakit dan rumah bagi triliunan bakteri yang berperan besar dalam kesehatan," kata ahli gastroenterologi di Columbia University Medical Center, New York, dokter Shilpa Ravella. 

Dilansir dari Prevention, rata-rata seseorang bisa kentut 10 hingga 30 kali sehari. 

"Bau kentut yang menyengat tidak selalu memiliki kesehatan yang serius. Ini bukan tanda kesehatan yang buruk," kata ahli gastroenterologi di Gastroenterology Associates of New Jersey, dr. Andrew Boxer. 

Meski demikian, kentut yang sangat bau atau terjadi terus-menerus bisa menjadi tanda adanya gangguan pada saluran pencernaan.

Berikut penjelasan pada pakar tentang penyebab kentut berbau menyengat dan kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.

1. Makanan Tinggi Sulfur 

Gas berbau tajam sering disebabkan oleh konsumsi makanan kaya akan sulfur. Ini kemudian dipecah sebagai sistem pencernaan menjadi senyawa berbau seperti sulfida. 

Daging, telur, bawang putih, anggur dengan kandungan sulfit, dan buah kering yang diawetkan dengan sulfur dioksida termasuk pemicu utamanya 

"Bau kentut seperti telur busuk biasanya berasal dari hidrogen sulfida," kata Ravella.

2. FODMAP

FODMAP adalah kelompok karbohidrat rantai pendek yang sulit diserap di usus kecil. 

"Mereka bersifat osmotik (menarik air ke usus) dan cepat difermentasi bakteri usus yang memicu gas berbau," kata Ravella.

Sumber FODMAP meliputi buah seperti semangka dan mangga, sayuran seperti brokoli dan brussels sprouts, biji-bijian tinggi serat, bawang, produk susu, hingga pemanis seperti sorbitol dan fruktosa.

3. Makanan Tinggi Serat

Menurut Mayo Clinic, serat sangat penting untuk kesehatan pencernaan, menstabilkan gula darah, dan menurunkan kolesterol. 

Namun, jika jarang makan serat lalu tiba-tiba mengonsumsinya dalam jumlah banyak, perut bisa kembung dan gas meningkat. 

Ahli gizi dari Mercy Medical Center, Ferraz Valles, menyarankan untuk meningkatkan serat secara bertahap dan minum cukup air.

4. Obat-Obatan

"Beberapa obat, baik resep maupun bebas, dapat memengaruhi frekuensi dan bau kentut," kata Ferraz Valles. 

NSAID seperti ibuprofen, antasida, obat diare, obat kemoterap, multivitamin, dan suplemen serat termasuk di antaranya. Meski mengganggu, efek ini umumnya tidak berbahaya.

5. Intoleransi Laktosa 

Laktosa, gula alami pada susu yang sulit dicerna bagi banyak orang dewasa. 

"Intoleransi laktosa adalah salah satu penyebab paling umum gas berlebih," ujar Ferraz Valles.

Jika tubuh kekurangan enzim untuk memecah laktosa, bakteri di usus besar akan memfermentasinya untuk menghasilkan gas berbau. Gejala biasanya muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi produk susu.

6. Sensitivitas Gluten atau Penyakit Celiac 

Gluten, protein dalam gandum, barley, dan rye dapat memicu gas berlebih pada penderita penyakit celiac atau sensitivitas non-celiac. 

Menurut Celiac Disease Foundation, gejalanya tidak hanya gangguan pencernaan, tetapi juga sakit kepala, kelelahan, dan masalah suasana hati. 

"Diagnosis celiac dapat dilakukan lewat tes darah, sedangkan sensitivitas gluten biasanya diketahui dengan mengamati perubahan gejala saat menghindarinya di bawah pengawasan dokter," kata Ferraz Valles.

7. Ketidakseimbangan Bakteri Usus

"Ketidakseimbangan bakteri dapat menyebabkan gas berbau menyengat," kata Ravella. 

Rendahnya keragaman bakteri, misalnya akibat penggunaan antibiotik berlebihan atau pola makan rendah serat bisa memicu masalah ini. 

Salah satu penyebab umum adalah SIBO (Small Intestinal Bacterial Overgrowth) yaitu penumpukan bakteri berlebih di usus kecil yang menganggu penyerapan nutrisi.

8. Konstipasi dan IBS

Sembelit bisa membuat gas berbau lebih tajam karena feses terlalu lama berada di usus. Hal ini juga menyebabkan bakteri lebih lama memproduksinya. 

Menurut Mayo Clinic, sindrom iritasi usus (IBS) juga bisa menyebabkan gas berlebih, kembung, nyeri perut, dan perubahan pola buang air besar. 

Mengelola IBS biasanya melibatkan perbaikan pola makan, gaya hidup, dan manajemen stres.

"Mengatasi sembelit adalah cara paling umum untuk mengurangi bau kentut," kata Boxer. 

Diet rendah FODMAP juga terbukti secara ilmiah mengurangi gas dan kembung. 

Boxer juga menambahkan konsumsi probiotik kadang membantu menormalkan fungsi usus.

Menurut Ravella, Anda perlu berkonsultasi ke dokter apabila mengalami kentut berbau yang disertai gejala seperti: 

•  tinja berdarah 
• penurunan berat badan tanpa sebab
• demam
• nyeri perut hebat 
• muntah 

"Bahkan jika hanya disertai kembung, itu bisa menandakan intoleransi makanan atau ketidakseimbangan bakteri," kata Ravella.