Liputan6.com, Jakarta Kehamilan sering kali dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan kekhawatiran, terutama bagi calon ibu yang mendengar cerita dari keluarga. Banyak yang percaya bahwa pengalaman dan masalah kesehatan selama kehamilan akan sama dengan yang dialami oleh ibu maupun anggota keluarga yang lain.
Faktanya, tidak semua kondisi benar-benar ditentukan oleh faktor genetik. Para ahli mengungkapkan bahwa faktor seperti lingkungan dan pola hidup memiliki peran besar dalam kehamilan seorang ibu.
Dengan pengetahuan yang benar, mereka dapat membedakan antara risiko yang memang diwariskan secara genetik dan yang dipengaruhi faktor lain. Calon ibu juga bisa bekerja sama dengan tenaga medis untuk meminimalkan risiko.
Berikut merupakan penjelasan lebih dalam terkait kondisi kehamilan yang dipengaruhi oleh faktor genetik mengutip laman Health:
Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional adalah kondisi ketika kadar gula darah meningkat selama masa kehamilan. Sekitar 9% ibu hamil mengalaminya.
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi risikonya meningkat jika usia ibu lebih dari 35 tahun (memiliki indeks massa tubuh di atas 30 atau mempunyai kerabat dekat yang menderita diabetes tipe 2).
Bagi ibu yang memiliki riwayat tersebut, pemantauan gula darah menjadi sangat penting. Jika tidak dikontrol, diabetes gestasional dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan berlebih atau makrosomia yakni lebih dari 4 kilogram.
Akibatnya, bayi akan merasa kesulitan bernapas dan meningkatkan risiko obesitas serta diabetes 2 di kemudian hari. Pengelolaan diabetes gestasional biasanya melibatkan pola makan serta pemantauan medis yang ketat.
Keguguran
Keguguran menjadi salah satu penyebab paling umum hilangnya kehamilan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sekitar 29% kasus keguguran berkaitan dengan faktor genetik. Namun, bukan cuma itu, usia ibu yang semakin tua dan riwayat keguguran sebelumnya dapat memperbesar risiko keguguran.
Selain itu, faktor lain seperti gaya hidup yang kurang sehat juga bisa menjadi pemicu.
Meskipun ada kaitan genetik, banyak kasus keguguran disebabkan oleh masalah perkembangan janin atau kondisi rahim. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan sejak awal kehamilan untuk mengurang kemungkinan terjadinya keguguran.
Morning Sickness
Morning sickness merupakan gejala umum yang terjadi pada masa awal kehamilan. Ini ditandai dengan rasa mual dan muntah pada sebagian ibu hamil.
Penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini dapat dipengaruhi faktor genetik. Jika ibu, kakak, atau anggota keluarga perempuan lain mengalami morning sickness, kemungkinan seorang perempuan akan mengalaminya juga.
Penyebab utamanya kerap dikaitkan dengan perubahan hormon dan kadar gula darah yang rendah pada awal kehamilan. Beberapa faktor lain yang menyebabkan morning sickness, yaitu:
- kehamilan kembar atau lebih
- konsumsi jenis makanan tertentu
- kelelahan
- stress
- perjalanan yang memicu mabuk.
Depresi Pasca Persalinan
Gejala-gejala yang dialami oleh ibu yang mengalami depresi ini seperti, perasaan sedih berkepanjangan, perubahan suasana hati, kelelahan ekstrem, dan kesulitan membentuk ikatan emosional dengan bayi.
Jika ibu atau saudara kandung pernah mengalaminya, kemungkinan seorang perempuan akan mengalami hal yang sama. Faktor genetik diyakini memengaruhi sensitivitas otak terhadap perubahan hormon dan stress setelah melahirkan.
Preeklampsia
Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan daerah tinggi dan pembengkakan pada tangan atau kaki. Kondisi ini terjadi akibat perubahan aliran darah menuju plasenta, organ yang berfungsi memberi nutrisi dan oksigen pada janin.
Faktor genetik diduga memengaruhi cara tubuh mengatur tekanan darah dan membentuk pembuluh darah selama kehamilan.
Preellampsia bersifat progresif dan dapat membahayakan nyawa ibu maupun bayi jika tidak ditangani.
“Ada keterkaitan antara ibu, saudara perempuan, dan anak perempuan yang pernah mengalami preeclampsia,” ujar dokter kandungan sekaligus Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi di NewYork-Presbyterian Weill Cornell Medical Center, Laura Riley, kepada Health.
Kelahiran Prematur
Kelahiran prematur terjadi ketika bayi lahir sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu, dengan angka kejadian sekitar 10 persen dari seluruh kelahiran. Riwayat kelahiran prematur di keluarga, khususnya dari pihak ibu dapat meningkatkan risiko seorang perempuan melahirkan lebih awal.
Jika seorang perempuan lahir prematur atau memiliki saudara perempuan yang pernah melahirkan prematur, peluang mengalami kondisi serupa juga bertambah.
Kondisi Kehamilan yang Tidak Terkait Faktor Genetik
Operasi Caesar
Operasi caesar adalah prosedur melahirkan dengan membuat sayatan pada perut dan rahim untuk mengeluarkan bayi. Tindakan ini biasanya dilakukan misalnya pada kasus posisi bayi sungsang, masalah plasenta, atau tanda-tanda gawat janin.
Banyak ibu hamil yang mengira keputusan menjalani operasi caesar dipengaruhi oleh riwayat keluarga. Padahal, faktor tersebut tidak berpengaruh.
“Dokter menentukan kebutuhan operasi berdasarkan kondisi medis saat itu, bukan pada ukuran panggul atau pengalaman keluarga,” kata Dr. Riley.
Kenaikan Berat Badan
Jumlah kenaikan berat badan selama kehamilan dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk pola makan dan berat badan sebelum hamil. Riwayat kenaikan berat badan ibu kandung saat hamil tidak menentukan berapa banyak berat badan yang akan bertambah pada kehamilan anaknya.
Misalnya, meskipun ibu dulu naik 20 kilogram saat hamil, anak perempuannya mungkin hanya naik 10 kilogram jika menerapkan pola makan seimbang dan aktif bergerak.
Durasi Persalinan
Lama atau cepatnya proses persalinan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia ibu, kondisi kesehatan, kekuatan kontraksi, serta berat bayi. Posisi janin dan ukuran panggul juga bisa memengaruhi waktu persalinan.
Pemantauan kontraksi dan pemeriksaan secara berkala selama fase awal persalinan dapat membantu tenaga medis menentukan langkah terbaik.