Kasus Dokter PPDS Unpad Ingatkan pada Sleeping Beauty Syndrome, Ini Alasannya

1 week ago 14
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta Kasus kekerasan seksual yang dilakukan peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran (Unpad) berinisial PAP mengingatkan konselor dan seks edukator dari Asosiasi Seksologi Indonesia, Febrizky Yahya, pada sleeping beauty syndrome.

Sleeping beauty syndrome atau somnophilia adalah penyimpangan seksual yang membuat pengidapnya terangsang dan ingin berhubungan intim pada seseorang yang tidak sadar dan tidak mampu memberikan respons.

Bukan tanpa alasan, konselor yang akrab disapa Eby melihat beberapa kesamaan antara pelaku tindak kekerasan seksual dengan kelainan seksual tersebut.

“Jika hanya dilihat dari modusnya, PAP (inisial pelaku) menggunakan obat bius untuk membuat korban dalam kondisi tidak sadar dan melakukan kekerasan seksual sama seperti pengidap somnophilia lainnya,” kata Eby kepada Health Liputan6.com, Kamis (10/4/2025).

Meski begitu, tetap perlu diketahui motif pelaku. Pasalnya, dari motif ini akan ketahuan apakah pelaku termasuk pengidap somnophilia atau pelaku kekerasan seksual biasa.

“Yang membedakan apakah PAP ini termasuk somnophilia atau pelaku kekerasan seksual biasa adalah motifnya," kata Eby.

"Jika PAP membius korban dikarenakan ia mendapat akses bebas pada obat bius dan membuat korban tidak bisa melawan atau menyadari adanya kekerasan seksual yang terjadi sehingga perbuatannya tidak ketahuan, maka PAP tidak dapat dikategorikan somnophilia,” jelas Eby.

“Namun, jika motifnya adalah sengaja membuat korban tidak sadar khusus untuk membuat dirinya terangsang, maka bisa jadi ia somnophilia atau sleeping beauty syndrome," katanya.

Namun, Eby menegaskan penegakan diagnosa harus dengan pemeriksaan oleh profesional di bidangnya.

"Sekali lagi, (penegakan diagnosis) harus dengan pemeriksaan intensif oleh psikiater dan psikolog,” imbuhnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran menjatuhkan sanksi tegas kepada 10 senior pelaku perundungan terhadap mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis, dua di antaranya termasuk Dosen atau Konsulen, bahkan dipecat.

Somnophilia adalah Gangguan Seksual Tipe Predatory Paraphilia

Lebih lanjut, Eby menjelaskan, somnophilia termasuk dalam kelainan atau gangguan seksual tipe Predatory Paraphilia.

"Kenapa predatory? Soalnya biasanya orang dengan gangguan ini juga menyerang orang lain untuk meraih kepuasan seksualnya. Beda sama fetish pada benda mati, enggak ada tindakan pelecehan pada orang lain secara langsung,” jelas Eby.

Faktor Penyebab Sleeping Beauty Syndrome

Terkait penyebab sleeping beauty syndrome, Eby menyampaikan bahwa belum terlalu banyak penelitian khusus soal itu.

Kebanyakan pakar berpendapat bahwa orang yang terobsesi secara seksual pada orang yang tidak sadar biasanya mengalami masalah obsesi pada dominasi dan kontrol.

“Pelaku merasa memegang kontrol atau mendominasi penuh jika lawannya adalah orang yang sedang tidak sadar dan tidak bisa melawan,” terang Eby

“Isu ini bisa terjadi karena trauma masa kecil, gangguan kepribadian, dan pengalaman traumatik di masa lalu, dan bahkan pada suatu kasus terjadi karena adanya trauma pada otak akibat benturan,” tambahnya.

Somnophilia Umumnya Terjadi Sejak Kecil

Umumnya somnophilia terjadi sejak kecil, sambung Eby, tapi baru terlihat ketika menginjak usia remaja.

“Gangguan ini udah ada mostly (kebanyakan) dari kecil, cuma baru kelihatan mulai remaja.”

Belum ditemukan penelitian kualitatif pada pelaku somnophilia dengan menggali masa kecil mereka. Namun, secara umum, anak-anak yang berpotensi mengidap penyimpangan seksual dapat menunjukkan tanda dengan melakukan hal-hal berikut:

  • Kesulitan mengendalikan emosi dan keinginannya (diluar normal dan tidak sesuai dengan tahap perkembangan).
  • Kurangnya kemampuan empati sesuai tahap usia.
  • Pernah menjadi korban pelecehan seksual yang tidak diintervensi atau diterapi.
  • Terpapar oleh pornografi terlalu dini dan kecanduan pornografi.
  • Pada kasus yang lebih ekstrem, bisa melakukan pelecehan seksual pada saudari atau keluarganya saat mereka sedang tertidur.

Terapi dan Penanganan Orang dengan Sleeping Beauty Syndrome

Orang dengan kelainan seksual sleeping beauty syndrome harus mendapat penanganan dan terapi yang tepat.

“Terapi yang dilakukan harus berbagai cara, mulai dari CBT (Cognitive behavioral therapy), hypnotherapy, group therapy, orgasm reconditioning (dilakukan oleh sex therapist), dan jika perlu ditambahkan terapi obat-obatan psikiatri,” jelas Eby.

Kelainan ini pun tidak bisa didiagnosa sembarangan. Perlu bantuan psikiater atau psikolog untuk menegakkannya.

“Tentunya yang mendiagnosa hanya boleh dilakukan psikiater dan atau psikolog, khususnya yang mendalami bidang seksologi yang kompeten dalam menangani kasus penyimpangan seksual,” ucap Eby.

Sleeping Beauty Syndrome Tak Bisa Dihilangkan Sepenuhnya

Sleeping beauty syndrome adalah kondisi yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Namun, terapi dan kontrol yang baik dapat membantu.

“Hilang sepenuhnya mungkin tidak, namun dikontrol dengan terapi seperti yang dijelaskan di atas,” tutup Eby.

Seperti diketahui, dokter PPDS Unpad melakukan kekerasan seksual di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada pertengahan Maret lalu. Residen ini melakukan tindak kekerasan seksual pada pendamping pasien. Sebelum melakukan aksinya, ia membius korban hingga tak sadarkan diri.

Read Entire Article