Saat Ketulusan Dipermainkan, Kenapa Sering Tertipu Oleh Orang Tersayang?

1 day ago 6
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit dari kita yang merasa kesulitan untuk mengenali, atau bahkan menerima, bahwa kita telah dimanfaatkan oleh orang yang tidak tulus.

Padahal, ketulusan adalah salah satu kualitas penting dalam membangun hubungan dan menjaga kepercayaan.

Uniknya, ketidaktulusan justru lebih mudah dikenali dalam interaksi yang dangkal. Misalnya, ketika kita menyapa rekan kerja di lift dengan kalimat, “Hai, apa kabar?”—itu adalah bentuk kesopanan yang sudah menjadi pelumas sosial. Meski terdengar tidak tulus, sapaan semacam itu telah diterima sebagai norma dalam pergaulan sehari-hari.

Namun, ceritanya menjadi jauh lebih rumit saat ketidaktulusan muncul dalam hubungan yang lebih dalam dan bermakna. Dalam hubungan pribadi yang substansial, mengenali ketidaktulusan bukan lagi perkara sederhana.

Dalam artikel di Psychology Today, dua pengajar dari Keck School of Medicine, University of Southern California, Shoba Sreenivasan, Ph.D., dan Linda E. Weinberger, Ph.D., menulis:

“Orang yang mahir menipu akan tampak sangat meyakinkan bahwa mereka tulus dan peduli. Bahwa mereka adalah orang baik yang mengutamakan kepentingan orang lain. Mereka juga bisa sangat manipulatif—menggunakan sanjungan untuk menangkis kritik atau memanfaatkan simpati agar terhindar dari tanggung jawab.”

Menurut kedua pakar tersebut, kemampuan manipulatif ini adalah jebakan yang ditujukan kepada individu yang mudah percaya.

Untuk menghadapinya, mereka menekankan pentingnya mengenali titik buta psikologis dalam diri kita.

“Kebutuhan psikologis kita untuk percaya bahwa hubungan yang kita miliki adalah nyata dapat menghambat kemampuan kita mendeteksi ketidaktulusan,” ungkap keduanya.

Muncul dalam Hubungan dengan Orang Terdekat

Umumnya, titik buta ini muncul dalam hubungan dengan orang-orang yang kita yakini mencintai kita—pasangan, sahabat, orangtua, anak, atau rekan dekat.

“Kita berasumsi, bahkan membutuhkannya, bahwa orang-orang penting dalam hidup kita bersikap tulus. Namun kenyataannya, ada hubungan yang tampak dekat, tapi sejatinya tidak tulus.”

Dari semua jenis relasi, menurut mereka, titik buta psikologis paling kuat biasanya muncul dalam hubungan romantis. Banyak orang kesulitan mengenali—apalagi menerima—bahwa mereka sedang dimanfaatkan oleh orang yang mereka cintai dan percayai.

Contohnya, meski secara teori kita tahu bahwa tindakan lebih penting daripada kata-kata, saat orang terdekat bersikap tidak konsisten, kita justru cenderung mencari-cari alasan untuk memakluminya.

“Kita menerima tanpa pertimbangan yang matang mengapa mereka tidak menepati kata-katanya. Padahal, hubungan yang tidak jujur bukan membangun, melainkan mengeksploitasi,” tulis mereka.

Kenali Elemen Titik Buta Psikologis Diri

Ada beberapa elemen titik buta psikologis yang bisa menghambat kita mengenali ketidakjujuran dalam hubungan, antara lain:

  • Tingkat toleransi tinggi terhadap alasan
  • Terlalu murah hati terhadap kesalahan dan kekurangan orang lain
  • Takut menghadapi kenyataan dan takut ditinggalkan
  • Menolak menerima bahwa orang tersebut tidak jujur, meski banyak bukti
  • Meragukan insting sendiri karena orang tersebut terlihat meyakinkan
  • Kurang percaya diri dan mempertanyakan penilaian pribadi
  • Takut terlihat konyol jika mengkonfrontasi ketidakkonsistenan

Singkirkan Titik Buta Psikologis

Jika kita tidak menyadari ketidaktulusan seseorang yang kita sayangi, bagaimana mungkin kita bisa tahu kapan kita sedang dipermainkan? Kepalsuan atau tipu daya adalah tanda utama bahwa suatu hubungan tidak tulus.

Dalam penelitian oleh Jones dan Paulhus (2017), disebutkan adanya tingkatan dalam ketidakjujuran. Di ujung ekstremnya ada yang disebut Dark Triad atau "tiga serangkai gelap": narsisme patologis (fokus diri yang intens), Machiavellianisme (motivasi eksploitatif dalam hubungan interpersonal), dan psikopati (tipu daya kronis dan kurang empati).

Sayangnya, terkadang kita memang harus “tersandung” dulu untuk bisa mengenali dan menyingkirkan kebutaan ini.

"Sekolah kehidupan semacam ini memang menyakitkan. Namun, proses belajar bisa dipercepat melalui refleksi, seperti yang biasa dilakukan dalam dunia profesional melalui post-action review—evaluasi mendalam atas apa yang berjalan salah dalam sebuah proyek."

Dengan cara yang sama, melakukan evaluasi diri secara jujur terhadap hubungan kita bisa membantu menyadari pola yang tidak sehat—dan keluar dari lingkaran manipulasi yang menyamar dalam kemasan ketulusan.

Read Entire Article