Liputan6.com, Jakarta Langkah Auckland City di Piala Dunia Antarklub 2025 langsung dihantam kenyataan keras. Dalam laga pembuka grup yang digelar di Cincinnati, tim semi-pro asal Selandia Baru itu tak kuasa membendung kekuatan raksasa Jerman, Bayern Munchen.
Skor akhir 10-0 menjadi bukti betapa timpangnya level kompetisi antara kedua tim. Meski datang dengan semangat dan mimpi besar, skuad asuhan Ivan Vicelich harus pulang dengan luka mendalam dan mungkin juga beban finansial pribadi.
Di balik kekalahan memalukan tersebut, terselip kisah pengorbanan luar biasa dari pemain dan pelatih Auckland yang rela meninggalkan pekerjaan tetap demi membela klub mereka di panggung dunia.
Dihajar Bayern, Realita Kompetisi Terbuka
Bayern Munchen tampil dominan sejak awal laga. Kingsley Coman membuka keunggulan lewat sundulan di menit ke-6, disusul gol-gol dari Sacha Boey, Thomas Muller, Coman lagi, dan dua dari Michael Olise sebelum jeda.
Skor 6-0 di babak pertama tak membuat Bayern melambat. Masuk sebagai pemain pengganti, Jamal Musiala mencetak hat-trick, sementara Muller menambah satu gol lagi untuk menggenapkan skor menjadi 10-0.
Satu-satunya hal yang bisa disyukuri oleh Auckland adalah keberhasilan mereka meredam Harry Kane. Kapten timnas Inggris itu tidak mencetak gol, meski ikut ambil bagian dalam laga sepihak ini.
Pelatih Cuti Tanpa Gaji, Tetap Berangkat demi Mimpi
Ivan Vicelich bukan hanya pelatih sementara Auckland, tapi juga seorang pekerja yang harus mengorbankan penghasilannya untuk tampil di turnamen ini. Dalam konferensi pers sebelum laga, ia mengaku tidak mendapat dispensasi dari tempat kerjanya.
Vicelich mengatakan harus menggabungkan cuti tahunan dengan cuti tanpa gaji demi memimpin timnya bertanding di Amerika.
“Saya akan kesulitan bayar sewa dan tagihan,” ungkapnya, “tapi untuk bermain melawan Bayern, Benfica, dan Boca Juniors, itu 100 persen sepadan.”
Pemain Gudang Hadapi Gempuran Bintang Dunia
Tak jauh berbeda dari sang pelatih, kiper utama Auckland, Conor Tracey, juga datang dengan kesadaran penuh akan tantangan besar. Ia bekerja di gudang perusahaan farmasi di Selandia Baru dan tahu benar perbedaan level yang harus mereka hadapi.
"Tantangannya adalah untuk bertanding sebaik yang kami bisa lakukan," ujarnya sebelum pertandingan. "Kami tidak bodoh, kami tahu apa yang kami hadapi."
Auckland City adalah juara bertahan Liga Champions OFC dalam empat musim terakhir, dan satu-satunya wakil Oseania di turnamen ini.
Mereka akan melanjutkan perjuangan melawan Benfica di Orlando hari Jumat, sebelum menutup fase grup kontra Boca Juniors di Nashville.