
WAKIL Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan bahwa pembicaraan antara Rusia dan AS mengenai penyelesaian perang di Ukraina sedang mengalami kebuntuan. Menurut Ryabkov, kebuntuan itu karena karena proposal tidak mencakup akar permasalahan yang menurut Moskow menjadi penyebab konflik.
Pernyataan Ryabkov ini menggarisbawahi kegagalan kedua negara dalam menjembatani perbedaan yang telah disoroti oleh Presiden Rusia Vladimir Putin lebih dari dua minggu lalu. Saat itu, Putin menekankan bahwa proposal yang diajukan AS perlu diperbaiki sebelum Rusia bisa mempertimbangkannya lebih lanjut.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump tampaknya semakin tidak sabar dengan lambatnya perkembangan negosiasi. Dalam beberapa hari terakhir, Trump mengungkapkan kekecewaannya terhadap Putin dengan mengatakan bahwa ia 'sangat marah' atas sikap Rusia dalam pembicaraan damai.
Ia bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia jika Moskow terus menghambat kesepakatan.
Dalam wawancara dengan majalah International Affairs yang dirilis Selasa (1/4/2025), Ryabkov menegaskan bahwa Rusia tidak bisa menerima usulan AS dalam format yang ada saat ini. “Kami sangat serius dalam menanggapi model dan solusi yang diusulkan oleh Amerika, tetapi kami tidak dapat menerimanya dalam bentuk saat ini,” ujar Ryabkov.
Putin sendiri telah menetapkan beberapa syarat untuk perdamaian, termasuk tuntutan agar Ukraina membatalkan keinginannya untuk bergabung dengan NATO, menyerahkan sepenuhnya empat wilayah yang diklaim Rusia sebagai bagian dari negaranya, serta membatasi ukuran angkatan bersenjata Ukraina.
Namun, Kyiv menolak keras tuntutan tersebut, menyebutnya sebagai bentuk kapitulasi total yang tidak bisa diterima. (H-1)