Liputan6.com, Jakarta Timnas Indonesia U-23 harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor 0-1 di final Piala AFF U-23 2025. Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (29/7/2025), Garuda Muda gagal memanfaatkan peluang dan harus puas sebagai runner-up. Satu-satunya gol dicetak oleh Nguyen Cong Phuong (38’).
Yang mengejutkan, pelatih Gerald Vanenburg memilih formasi berbeda dari biasanya. Alih-alih memakai skema 4-3-3, ia menurunkan tim dengan formasi 3-4-3. Apakah keputusan ini menjadi faktor kekalahan?
Formasi Baru, Hasil Tak Maksimal
Vanenburg tampaknya ingin mencoba taktik baru untuk mengantisipasi kekuatan Vietnam yang solid. Di lini pertahanan, trio Kakang Rudianto, Muhammad Ferarri, dan Kadek Arel ditugaskan sebagai bek tengah. Sementara Frengky Missa dan Dominikus Dion berperan sebagai wing-back.
Di lini tengah, Robi Darwis dan Dony Tri Pamungkas bertugas mengatur permainan, sedangkan trio Rahmat Arjuna, Jens Raven, dan Rayhan Hannan mengisi lini serang. Namun, formasi ini justru kesulitan menembus pertahanan Vietnam.
Kesulitan Membangun Serangan
Timnas Indonesia U-23 tampak kesulitan menguasai lini tengah. Akibatnya, mereka lebih sering mengandalkan umpan lambung dari belakang untuk menciptakan peluang. Meski beberapa kali berhasil membuka ruang, eksekusi akhir masih kurang tajam.
Vietnam, di sisi lain, terorganisir dengan baik. Kiper mereka, Tran Trung Kien, tampil solid dan mampu meredam ancaman Garuda Muda.
Vanenburg Kehabisan Ide?
Sepanjang babak kedua, Timnas Indonesia U-23 kesulitan menemukan celah. Minimnya kreativitas di lini tengah membuat mereka hanya mengandalkan bola mati dan lemparan jarak jauh. Sayangnya, upaya ini tidak membuahkan hasil.
Pertanyaan besar muncul: mengapa Vanenburg mengambil risiko mengubah formasi di final? Apakah eksperimen ini justru menjadi bumerang? Yang jelas, Vietnam lebih efektif memanfaatkan peluang dan pantas keluar sebagai juara.
Sumber: Bola.com