Amnesty Kecam Diskriminasi terhadap Ahmadiyah di Banjar dan Manado

1 month ago 10
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

TEMPO.CO, Jakarta - Amnesty International Indonesia mengecam keras pelarangan diskusi publik tentang Ahmadiyah di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado dan tindakan diskriminatif terhadap jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Kota Banjar, Jawa Barat. Dua peristiwa intoleransi ini terjadi dalam waktu berdekatan, yaitu pada 2 dan 5 Juni 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pemerintah Kota Banjar kembali menerapkan praktik-praktik otoriter untuk menyikapi hak warga jemaah Ahmadiyah di Tanjungsukur untuk beragama. Ini bukan pertama kalinya otoritas negara menunjukkan sikap intoleran dan diskriminatif terhadap warga Ahmadiyah,” ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, dalam sebuah rilis pers, Senin, 9 Juni 2025.

Sebelumnya, pada Kamis, 5 Juni 2025, tim penanganan JAI dari pemerintah Kota Banjar mendatangi tempat peribadatan milik JAI di lingkungan Tanjungsukur, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Tim tersebut memperingatkan agar tidak ada kegiatan peribadatan di lokasi yang sebelumnya telah disegel. Tim itu juga menyatakan akan kembali pada Selasa, 10 Juni untuk melanjutkan tindakan penertiban, termasuk pemasangan spanduk pelarangan.

Sementara itu pada Senin, 2 Juni 2025, rencana diskusi bedah buku "Menyingkap Tabir Kebenaran Ahmadiyah" karya Samsi Pomalingo di IAIN Manado dibatalkan setelah pihak kampus menerima surat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Manado dan MUI Sulawesi Utara. Surat itu diterima sehari sebelum diskusi digelar dan meminta kegiatan tersebut dibatalkan.

Menurut Usman, tindakan seperti pembubaran kegiatan keagamaan, intimidasi, dan pengusiran terhadap komunitas Ahmadiyah menunjukkan adanya diskriminasi sistemik oleh negara terhadap kelompok minoritas beragama. Ia menilai bahwa kegagalan negara menegakkan hukum secara adil dalam kasus-kasus semacam ini justru menormalkan pelanggaran kebebasan beragama.

“Berulangnya diskriminasi terhadap warga Ahmadiyah tanpa disertai penegakan hukum yang adil seolah menormalkan kegagalan negara dalam melindungi umat beragama,” katanya.

Pengajar di Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera itu juga menyoroti pelarangan diskusi di IAIN Manado yang seharusnya menjadi ruang aman untuk berpikir kritis dan bebas dari tekanan kelompok luar.

“Sangat disayangkan pelarangan ini dilakukan oleh kampus yang seharusnya menjadi ruang aman untuk berpikir kritis, berdiskusi, dan membangun kesadaran masyarakat,” lanjut Usman.

Diskusi tersebut rencananya digelar oleh Gusdurian Manado, Rumah Moderasi Beragama IAIN Manado, dan Koalisi Advokasi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) Sulawesi Utara.

“Pelarangan bedah buku terkait Ahmadiyah di kampus jelas melanggar hak warga negara untuk berkumpul dan berdiskusi secara damai di lingkungan kampus. Keputusan Rektorat IAIN Manado yang tunduk pada tekanan MUI untuk melarang bedah buku tersebut jelas mencederai kebebasan akademik yang semestinya dijunjung tinggi di kampus sebagai ruang diskusi terbuka dan plural,” tegasnya.

Lebih lanjut, Amnesty mendesak negara mencabut SKB 3 Menteri tahun 2008 yang menurut dia menjadi dasar diskriminasi dan represi terhadap warga Ahmadiyah.

“Negara wajib segera mencabut Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung Tahun 2008 yang menjadi dasar diskriminasi dan represi terhadap warga Ahmadiyah. Negara wajib menentang segala bentuk intoleransi dan diskriminasi atas dasar keyakinan agama atau atas dasar alasan karakteristik manusia yang dilindungi oleh hukum internasional hak asasi manusia,” kata Usman.

Read Entire Article