Liputan6.com, Jakarta Lupus, atau dalam istilah medis disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), adalah penyakit autoimun kronis yang sangat kompleks. Kondisi ini membuat sistem imun tubuh menyerang jaringan dan organ sehat, sehingga menimbulkan peradangan luas dan kerusakan jaringan. Lupus bisa menyerang berbagai bagian tubuh, mulai dari sendi, kulit, ginjal, paru-paru, hingga sistem saraf pusat.
Dikenal sebagai penyakit seribu wajah, lupus memiliki gejala yang sangat bervariasi antar individu. Ada yang mengalami nyeri sendi kronis, ada pula yang mengalami ruam kulit atau gangguan fungsi organ. Karena gejalanya mirip dengan penyakit lain dan sering muncul bertahap, lupus kerap sulit didiagnosis dengan cepat dan tepat.
Mengapa Lupus Disebut 'Penyakit Seribu Wajah'?
Lupus adalah salah satu dari penyakit autoimun yang paling membingungkan dalam dunia medis. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi dari infeksi justru menyerang jaringan dan organ tubuh yang sehat. Akibatnya, penderita lupus mengalami berbagai bentuk peradangan yang dapat memengaruhi berbagai organ vital.
Penyakit ini dikenal sebagai penyakit seribu wajah karena gejalanya bisa sangat berbeda pada tiap orang. Satu pasien bisa mengalami ruam di wajah, sementara yang lain menderita gangguan ginjal serius atau nyeri sendi kronis. Ketidakkonsistenan inilah yang membuat lupus sangat sulit dikenali, apalagi karena gejalanya kerap datang dan pergi.
Istilah seribu wajah mencerminkan sifat lupus yang bisa meniru banyak penyakit lain, mulai dari artritis, infeksi virus, hingga masalah kulit. Para dokter sering memerlukan waktu lama untuk memastikan diagnosis karena sifat gejala yang fluktuatif dan menyerupai kondisi lain.
Jenis-Jenis Lupus
Lupus hadir dalam beberapa jenis yang masing-masing memiliki karakteristik dan dampak berbeda pada tubuh. Setiap jenis lupus menargetkan sistem tubuh tertentu, meski ada pula yang bersifat sistemik dan menyerang banyak organ secara bersamaan.
Mengutip dari laman Lupus Research Alliance, berikut ini adalah empat jenis lupus yang paling umum dijumpai beserta kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi:
- Systemic Lupus Erythematosus (SLE):
Ini adalah jenis lupus yang paling sering terjadi dan paling kompleks. SLE menyerang berbagai organ vital dalam tubuh seperti ginjal, jantung, paru-paru, otak, dan sendi. Karena sifatnya sistemik, gejalanya sangat bervariasi antar individu dan bisa berkembang menjadi komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
- Cutaneous Lupus (Lupus Kulit):
Jenis ini terutama memengaruhi kulit dan memunculkan ruam atau lesi, biasanya sebagai respons terhadap paparan sinar matahari (fotosensitivitas). Salah satu bentuknya yang paling dikenal adalah discoid lupus erythematosus (DLE), yang menimbulkan bercak merah bersisik dan dapat menyebabkan jaringan parut permanen.
- Drug-Induced Lupus (Lupus Akibat Obat):
Lupus jenis ini disebabkan oleh respons sistem imun terhadap konsumsi obat-obatan tertentu, seperti hydralazine dan procainamide. Gejalanya mirip dengan SLE, tetapi biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu setelah konsumsi obat dihentikan. Meskipun lebih ringan, diagnosis tetap penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
- Neonatal Lupus:
Ini adalah bentuk lupus yang langka dan terjadi pada bayi yang menerima autoantibodi dari ibunya selama kehamilan. Gejala umumnya berupa ruam kulit, masalah hati, dan kelainan darah yang bisa membaik dalam beberapa bulan. Namun, komplikasi paling serius adalah congenital heart block, yang bisa mengharuskan penggunaan alat pacu jantung.
Apa Penyebabnya?
Dikutip dari laman indonesia.go.id, lupus adalah penyakit inflamasi sistemik autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya. Meski begitu, terdapat sejumlah faktor risiko yang telah diidentifikasi berdasarkan data epidemiologi dan riset medis:
- Faktor Genetik:
Lupus cenderung terjadi dalam keluarga, meskipun tidak diturunkan secara langsung. Jika seseorang memiliki kerabat dekat dengan lupus, risikonya untuk terkena penyakit ini menjadi lebih tinggi.
- Faktor Hormonal:
Medical News Today menyebutkan jika wanita usia 15–44 tahun memiliki kemungkinan hingga sembilan kali lipat lebih besar untuk mengidap lupus dibandingkan pria. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh hormon estrogen dalam memicu penyakit ini.
- Faktor Lingkungan:
Paparan sinar ultraviolet, virus tertentu seperti Epstein-Barr, polusi, serta konsumsi rokok, diduga menjadi pemicu yang dapat mengaktifkan lupus pada individu yang memiliki predisposisi genetik.
Dengan memahami jenis-jenis lupus dan siapa saja yang berisiko, masyarakat diharapkan lebih waspada dalam mengenali gejala awal dan melakukan pemeriksaan dini guna mencegah kerusakan organ yang lebih berat di kemudian hari.
Gejala-Gejala Lupus
Gejala lupus sangat luas dan seringkali tidak spesifik. Berikut adalah gejala-gejala umum lupus yang perlu diwaspadai:
- Kelelahan Ekstrem: Hampir 90% penderita lupus mengalami kelelahan berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan meski mereka telah cukup tidur.
- Ruam Kupu-Kupu (Malar Rash): Muncul di pipi dan hidung, biasanya berbentuk simetris menyerupai sayap kupu-kupu, dan dapat bertahan hingga berminggu-minggu.
- Fotosensitivitas: Kulit menjadi sangat sensitif terhadap sinar matahari, dan paparan matahari sering memicu munculnya ruam atau memperparah gejala.
- Nyeri Sendi dan Bengkak: Umumnya menyerang sendi-sendi kecil seperti tangan dan pergelangan, dan bisa berpindah-pindah serta memburuk di pagi hari.
- Demam Tanpa Sebab Jelas: Banyak pasien lupus mengalami demam lebih dari 37,8°C secara berulang, tanpa infeksi yang terdeteksi.
Gejala ini bisa muncul secara perlahan atau tiba-tiba, ringan atau berat, dan sering kali bersifat sementara lalu kambuh kembali.
Dampak Serius Lupus
Lupus bukan hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga bisa menyebabkan kerusakan permanen pada organ-organ vital. Salah satu dampak paling serius dari lupus adalah gangguan ginjal, yang disebut lupus nefritis. Kondisi ini memerlukan pengobatan intensif untuk mencegah gagal ginjal permanen.
Selain itu, lupus meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk radang pada selaput jantung (perikarditis), serta penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak (aterosklerosis). Risiko stroke dan serangan jantung juga meningkat secara signifikan pada penderita lupus.
Tidak hanya fisik, lupus juga dapat menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan gangguan kognitif, kejang, hingga perubahan suasana hati. Karena itu, penanganan medis yang holistik dan terkoordinasi sangat penting bagi penderita lupus.
Diagnosis dan Pengobatan Jangka Panjang
Diagnosis lupus bukanlah proses yang mudah, karena tidak ada satu tes tunggal yang bisa memastikan keberadaan penyakit ini. Dokter biasanya akan melakukan kombinasi tes darah, analisis gejala klinis, dan pemeriksaan antibodi autoimun seperti ANA (antinuclear antibodies).
Begitu didiagnosis, penderita lupus akan dirujuk ke berbagai spesialis tergantung organ yang terdampak—mulai dari reumatolog untuk sendi, nefrolog untuk ginjal, hingga dermatolog untuk kulit. Pengobatan lupus bertujuan untuk mengontrol flare, mencegah kerusakan organ, dan menjaga kualitas hidup pasien.
Terapi bisa mencakup obat antiradang, imunosupresan, kortikosteroid, hingga terapi hormonal. Meski belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan lupus, penelitian terus berlangsung dan membawa harapan melalui pendekatan pencegahan dini dan uji klinis obat-obatan terbaru.
People Also Ask
Apa itu lupus?
Lupus adalah penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat, menyebabkan peradangan pada berbagai organ.
Apa saja gejala lupus yang paling umum?
Gejala umum termasuk kelelahan ekstrem, ruam kulit, nyeri sendi, demam, dan sensitivitas terhadap cahaya matahari.
Mengapa lupus disebut penyakit seribu wajah?
Karena ge...