Liputan6.com, Jakarta Gunung Rinjani kembali menjadi sorotan setelah insiden tragis yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins. Jenazahnya ditemukan setelah upaya pencarian intensif oleh tim SAR dan relawan selama beberapa hari.
Salah satu saksi mata sekaligus relawan pencari, Agam Rinjani, membagikan kisah menegangkan saat menemukan jenazah Juliana dalam kondisi memperihatinkan. Medan yang sebenarnya ternyata sangat berbeda dari yang tertangkap oleh drone pendaki yang tersebar di medsos.
Dalam podcast Deddy Corbuzier, Agam Rinjani menjelaskan, titik Juliana jatuh ternyata berada di tebing dengan kemiringan yang sangat curam sehingga menyulitkan proses evakuasi.
“Dia jatuh, masuk ke curukan gini, itu yang kelihatan dari drone yang masih hidup. Teman-teman SAR turun ternyata enggak ada di lokasi," jelasnya.
"Aku pikir dia ke sana ke sini, ternyata posisi (jurang) miring, kemungkinan terperosok saat mau cari jalan,” Agam Rinjani menyambung.
Jatuh Lebih Dalam
Agam Rinjani menjelaskan bahwa Juliana pertama kali jatuh sejauh 200 meter, lalu terperosok lebih jauh akibat kemiringan kontur. “Itu jatuhnya nambah lagi 190 meter ke bawah. Jadi jatuh dulu 200 meter terus jatuh lagi karena miring memang,” ucapnya.
Di awal proses pencarian, komunikasi sempat terjadi walau samar. “Awalnya masih saling jawab, masih teriak. Saat itu di posisi 400 meter, masih kedengaran tapi samar-samar,” Agam Rinjani memaparkan.
Kondisi Jenazah
Namun harapan itu sirna ketika Juliana tak lagi merespons panggilan tim penyelamat. “Pas dievakuasi enggak ketemu. (Ditemukan) sudah jadi jenazah, sebelumnya jatuh lagi, total (jatuh) 590 meter,” Agam Rinjani menjelaskan.
Saat ditemukan, kondisi tubuh korban sudah cedera parah. “Saya lihat si korban di sini (kepala) retak, tangannya patah, kaki, pinggul patah-patah. Terus darah semua di bawah,” ungkapnya.
Menelusuri Titik Jatuh
Agam Rinjani mengaku penasaran ingin mengetahui dari titik mana sebenarnya Juliana terjatuh. Ia pun menelusuri area sekitar dan menemukan sejumlah petunjuk.
“Saya ikuti, oh sepatunya ada di sana, berarti dari sana (jatuhnya). Aku lihat ada kalungnya juga. Terus ada bekas darah berceceran di batu-batu besar,” tutur Agam Rinjani. Dari situ, ia menduga bahwa korban sempat terbentur keras di beberapa titik.