Liputan6.com, Jakarta - Akhir Mei lalu, lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi di beberapa negara Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, Hongkong, dan Malaysia.
Kabar ini memicu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) untuk mengeluarkan surat edaran kewaspadaan terhadap peningkatan kasus COVID-19 yang ditujukan ke seluruh jajaran kesehatan di Tanah Air.
Lantas, apa saja cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan kasus ini? Prof. Tjandra Yoga Aditama merinci lima langkah penting yang perlu dilakukan.
Memasuki awal Juni, kondisi semakin mengkhawatirkan terutama di Thailand. Media lokal memberitakan ribuan kasus baru dan kematian yang terus bertambah.
Bahkan, pemerintah daerah Samut Prakan sudah memberlakukan sekolah daring untuk Ratwinit Bangkaeo School di distrik Bang Phli.
Sementara itu, di Australia, varian baru NB.1.8.1 mulai terdeteksi menjelang musim dingin, yang menuntut kewaspadaan ekstra.
Melihat perkembangan tersebut, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Adjunct Professor Griffith University Australia, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan masyarakat dan pemerintah untuk tidak lengah.
Berikut adalah lima cara penting yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia.
1. Tingkatkan Surveilans Epidemiologik dan Genomik
Pemerintah harus terus meningkatkan surveilans epidemiologik guna mengetahui jumlah kasus, kematian, serta pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan.
"Selain itu, surveilans genomik perlu diperkuat untuk mendeteksi varian atau sub-varian virus yang beredar," kata Prof. Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui aplikasi pesan singkat.
Informasi hasil surveilans ini sangat penting untuk segera disampaikan ke masyarakat agar kewaspadaan tetap terjaga dan kebijakan yang tepat bisa diterapkan.
2. Lakukan Vaksinasi COVID-19 untuk Kelompok Risiko Tinggi
Pakar penyakit paru ini juga menegaskan pentingnya vaksinasi ulang, terutama bagi kelompok risiko tinggi.
"Anjuran saat ini adalah mendapatkan vaksinasi COVID-19 setahun setelah vaksinasi terdahulu. Namun, akan lebih baik jika ada data varian yang beredar di Indonesia yang disesuaikan dengan ketersediaan vaksin di negara kita," tambahnya.
Vaksinasi yang tepat sasaran dapat menekan risiko sakit berat dan kematian akibat COVID-19, sekaligus membantu membatasi penyebaran virus.
3. Pantau Perkembangan Epidemiologik di Negara Tetangga dan Dunia
Prof. Tjandra menekankan pentingnya pemantauan intensif pola epidemiologi negara tetangga dan dunia, terutama lewat kerja sama ASEAN dan WHO.
"Peran ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED) harus ditingkatkan agar koordinasi penanganan pandemi lebih efektif," ujarnya.
Kerja sama regional ini menjadi kunci untuk mendeteksi dini potensi gelombang baru dan merespons dengan cepat.
4. Sadari COVID-19 Masih Ada dan Berpotensi Naik Turun Kasusnya
Masyarakat harus menyadari bahwa COVID-19 masih beredar di sekitar kita. "Kasus COVID-19 belum hilang, termasuk di Indonesia. Kemungkinan variasi peningkatan kasus tetap ada dari waktu ke waktu," ujar Prof. Tjandra.
Kesadaran ini akan membantu kita untuk tidak lengah dan tetap waspada menghadapi pandemi yang belum berakhir.
5. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Langkah pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebiasaan hidup bersih dan sehat. "Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hanya melindungi dari COVID-19, tetapi juga penyakit lain. Ini adalah modalitas utama yang harus dilakukan selalu, ada atau tidaknya lonjakan kasus," kata Prof. Tjandra.
PHBS meliputi cuci tangan dengan sabun, penggunaan masker saat diperlukan, menjaga jarak, serta menjaga daya tahan tubuh melalui pola makan sehat dan olahraga teratur.
Peningkatan kasus COVID-19 di negara tetangga perlu diamati dengan cermat.
Menurut Prof. Tjandra, tidak perlu panik, namun kewaspadaan harus ditingkatkan agar potensi gelombang baru dapat dikendalikan sejak awal.
Dengan lima cara antisipasi ini, diharapkan Indonesia mampu menghadapi tantangan pandemi COVID-19 dengan lebih siap dan terukur.