
SEORANG hakim federal di Amerika Serikat menolak permintaan untuk membuka dokumen grand jury terkait penyelidikan terhadap Jeffrey Epstein. Epstein ialah finansier yang telah divonis bersalah atas kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur.
Hakim Robin Rosenberg menyatakan membuka berkas dari kasus Epstein di Florida akan melanggar hukum negara bagian. Keputusan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan politik terhadap pemerintahan Trump terkait penanganan dokumen Epstein.
Nama Trump Disebut dalam Dokumen
Penolakan ini diumumkan bersamaan dengan laporan Wall Street Journal, yang mengklaim nama mantan Presiden Donald Trump termasuk dalam ratusan nama yang tercantum dalam dokumen investigasi Epstein yang disimpan Departemen Kehakiman.
Namun, disebutnya nama seseorang dalam dokumen tidak otomatis berarti ada tindakan kriminal. BBC belum dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.
Juru bicara Gedung Putih menepis laporan itu sebagai “lanjutan cerita bohong yang dibuat oleh Demokrat dan media liberal.” Departemen Kehakiman pun menyebut laporan tersebut berisi “fitnah dan insinuasi yang menyesatkan.”
Hakim: “Tangan Pengadilan Terikat”
Dalam putusan setebal 12 halaman, Hakim Rosenberg menegaskan dokumen grand jury dari penyelidikan Florida tahun 2006 tidak memenuhi syarat untuk dibuka. Meski ada “minat publik yang luas” dan seruan transparansi.
Ia juga menolak memindahkan perkara ke New York, tempat dua hakim lain sedang mempertimbangkan permintaan serupa terkait kasus perdagangan seks Epstein pada 2019. Sebagai gantinya, ia membuka kemungkinan kasus baru agar pengacara bisa mengajukan argumen tambahan.
Dokumen ini mendahului kasus federal yang berakhir dengan kematian Epstein di penjara New York pada 2019, saat ia menunggu persidangan kasus perdagangan seks.
Ghislaine Maxwell Dipanggil
Sementara itu, perhatian publik kembali tertuju pada Ghislaine Maxwell, kaki tangan Epstein yang divonis 20 tahun penjara karena membantu Epstein melecehkan gadis-gadis muda.
Maxwell telah dipanggil untuk bersaksi jarak jauh di hadapan Komite Pengawas DPR AS pada 11 Agustus. Pengacaranya, David Oscar Markus, mengatakan Maxwell “akan memberikan kesaksian yang jujur” jika ia memilih untuk tidak menggunakan haknya untuk tetap diam.
Namun, Ketua DPR Mike Johnson meragukan kredibilitas Maxwell. “Bisakah dia dipercaya untuk berkata jujur? Ini orang yang sudah divonis karena kejahatan mengerikan terhadap anak-anak,” ujarnya.
Janji Transparansi yang Dipertanyakan
Saat kampanye tahun lalu, Trump sempat berjanji akan membuka dokumen terkait Epstein. Namun, mantan Jaksa Agung Pam Bondi belakangan menyatakan tidak ada “daftar klien” Epstein yang dapat memberatkan tokoh terkenal. Ia juga menegaskan Epstein memang bunuh diri, meski banyak teori konspirasi soal kematiannya.
Bondi sebelumnya mengisyaratkan akan merilis banyak nama dan catatan penerbangan yang terkait Epstein, namun kemudian membatalkannya. Hal ini memicu kemarahan para pendukung garis keras Trump, yang menuntut Bondi mundur karena gagal memenuhi janjinya.
Di sisi lain, Demokrat memanfaatkan konflik internal Partai Republik untuk menuduh Trump tidak konsisten soal transparansi.
Pada Selasa, Ketua DPR Johnson bahkan menutup sidang Kongres lebih awal untuk libur musim panas, menunda pemungutan suara terkait upaya memaksa pembukaan dokumen Epstein hingga September. (BBC/Z-2