Liputan6.com, Jakarta - Anemia masih menjadi masalah gizi utama yang mengintai anak-anak Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia di bawah umur 5 tahun mengalami anemia.
Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tubuh anak mudah lelah, tetapi juga bisa menurunkan daya tahan tubuh, mengganggu konsentrasi, dan memperlambat tumbuh kembang mereka.
Cara mengenali anemia sejak dini bisa dimulai dari memperhatikan gejala seperti anak sering lemas, mengantuk, kurang aktif, hingga berat dan tinggi badan yang tidak sesuai usia.
Anemia pada anak umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi. Padahal, zat besi berperan penting dalam pembentukan hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Tanpa pemenuhan zat besi yang cukup, cara kerja tubuh anak bisa terganggu karena kekurangan oksigen dalam jaringan, yang akhirnya berdampak pada seluruh aspek kehidupannya, termasuk prestasi belajar.
Bagaimana Cara Mencegah Anemia pada Anak?
Langkah awal yang krusial dalam melawan anemia adalah deteksi dini. Orang tua dianjurkan untuk rutin memantau tinggi dan berat badan anak, serta mengenali tanda-tanda anemia seperti anak sering lemas, mudah mengantuk, dan tampak kurang aktif.
“Masalah stunting dan anemia saling berkaitan dan perlu ditangani sejak dini. Deteksi awal lewat pengukuran dan skrining gizi sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang," kata Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, yang menerima penghargaan Innovative Leader pada World Congress on Clinical Nutrition (WCCN) 2025.
Corporate Communications Director Danonesia, Arif Mujahidin, juga menegaskan pentingnya peran edukasi untuk orang tua.
"Kami mendorong orang tua untuk menerapkan 3 Langkah Maju, yaitu ukur tinggi dan berat badan secara teratur, konsultasi ke dokter, dan memberikan nutrisi yang teruji secara klinis," ujarnya.
Nutrisi yang Tepat untuk Atasi Anemia
Selain deteksi dini, kata dr. Ray Wagiu, pemenuhan kebutuhan zat besi harian sangat penting untuk mencegah anemia.
Zat besi idealnya dikonsumsi bersamaan dengan vitamin C karena vitamin C membantu penyerapan zat besi secara lebih optimal.
Pendekatan nutrisi terbaru mengombinasikan zat besi dan vitamin C dalam satu formula untuk meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat.
Selain itu, penting untuk mengembangkan nutrisi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan zat besi, tetapi juga mengandung vitamin C, DHA, minyak ikan, omega 3 & 6, serta serat pangan agar tumbuh kembang anak bisa berlangsung secara menyeluruh.
Edukasi dan Skrining di Masyarakat
Melalui program edukasi dan skrining gizi, ribuan anak Indonesia kini mendapatkan akses deteksi dini anemia dan stunting.
Hingga saat ini, program tersebut telah menjangkau lebih dari 8.000 anak di 50 lokasi dan menargetkan menjangkau 1 juta anak Indonesia dalam waktu dekat.
Sebagai bentuk dedikasi terhadap perbaikan gizi masyarakat, Sarihusada menerima penghargaan Inovasi Produk Pangan dan Gizi di ajang Peduli Gizi 2025.
Di kesempatan yang sama, penghargaan kategori Innovative Leader juga diberikan kepada Dr. Ray Wagiu atas kontribusinya dalam inovasi nutrisi anak.
"Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan terhadap industri pangan yang berhasil mendukung perbaikan mutu gizi masyarakat melalui inovasi produk dan edukasi," kata Presiden International College of Nutrition dan Ketua Komite Profesor IPB University, Prof. Hardinsyah, MS, Ph.D.