
PADA 4 April 2025, Amerika Serikat melancarkan serangan militer di Yaman kepada kelompok yang diidentifikasi oleh Presiden Donald Trump sebagai Houthi tengah mempersiapkan serangan. Trump membagikan video di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, memperlihatkan serangan udara Amerika yang menyasar kelompok dianggap militan Houthi di Yaman.
Rekaman tersebut, visual yang biasanya diambil oleh pesawat nirawak militer atau pesawat terbang yang terbang rendah, memperlihatkan beberapa lusin sosok dari perspektif yang hampir langsung dari atas.
Trump memberi judul rekaman tersebut dengan, "Orang-orang Houthi ini berkumpul untuk menerima instruksi tentang serangan. Ups, tidak akan ada serangan oleh orang-orang Houthi ini! Mereka tidak akan pernah menenggelamkan kapal kita lagi!"
Klip hitam-putih tersebut menimbulkan kontroversi. Beberapa pihak mempertanyakan konteks dan keakuratan klaim seputar serangan tersebut.
Kejahatan perang
Beberapa sumber mengeklaim bahwa pertemuan tersebut sebenarnya ialah acara suku sipil yang menandai perayaan Idul Fitri, bukan pertemuan militer. Ketidaksesuaian ini memicu kontroversi seputar keakuratan intelijen AS dan menimbulkan kekhawatiran etis tentang serangan tersebut.
Para kritikus berpendapat bahwa insiden tersebut berpotensi diklasifikasikan sebagai kejahatan perang. Ini semakin mengintensifkan perdebatan tentang pelaksanaan operasi militer di wilayah tersebut.
Insiden tersebut terjadi di tengah meningkatnya tindakan militer AS terhadap kelompok Houthi yang terlibat dalam berbagai serangan terhadap kapal militer dan komersial di Laut Merah.
Kelompok Houthi, yang didukung Iran, mengeklaim bahwa serangan mereka merupakan bentuk dukungan bagi warga Palestina dalam konflik Jalur Gaza yang sedang berlangsung. Sebagai tanggapan, militer AS telah melakukan lebih dari 200 serangan sejak pertengahan Maret yang bertujuan melemahkan kemampuan operasional kelompok Houthi.
Serangan udara baru-baru ini di Hodeidah dilaporkan menewaskan 70 militan Houthi, termasuk komandan utama dan pakar dari Korps Garda Revolusi Islam Iran.
Memperkuat militer
Selain itu, AS memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut dengan mengerahkan kapal, sistem pertahanan rudal, dan pesawat terbang. Penempatan USS Harry S. Truman diperpanjang dan kelompok penyerang kapal induk USS Carl Vinson telah diposisikan untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh Iran, menurut suatu laporan.
Sementara AS berpendapat bahwa tindakannya sangat penting untuk melindungi kepentingannya dan memastikan keamanan maritim, kekhawatiran kemanusiaan semakin meningkat.
Organisasi hak asasi manusia memperingatkan bahwa serangan militer yang sedang berlangsung memperburuk kondisi buruk bagi warga sipil di Yaman, dengan semakin banyaknya korban di antara penduduk.
Baru-baru ini, Kantor Inspektur Jenderal Pentagon meluncurkan penyelidikan terhadap dugaan penggunaan aplikasi pesan Signal oleh Menteri Pertahanan Pete Hegseth untuk membahas operasi militer yang sensitif.
Penyelidikan akan difokuskan pada komunikasi yang dilaporkannya selama perencanaan serangan udara AS terhadap target Houthi di Yaman pada tanggal 15 Maret. (Telegraph India/I-2)