Tanaman Asli Indonesia Ini Bisa Menyebarkan Penyakit yang Mematikan bagi Tanaman Jeruk.

2 days ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Tanaman Asli Indonesia Ini Bisa Menyebarkan Penyakit yang Mematikan bagi Tanaman Jeruk. Dua perempuan tengah berdiri di samping tanaman kemuning jawa (murraya sumatrana).(Dok.Tim Peneliti UGM)

TANAMAN ini biasa tumbuh di sekitar kita atau di pinggir-pinggir jalan dan juga di luar hutan. Dalam bahasa ilmiah tanaman ini disebut murraya sumatrana atau kemuning jawa. Tanaman ini masuk dalam famili jeruk-jerukan atau Rutaceae.

Hasil penelitian yang dilakukan  tim Universitas Gadjah Mada, menunjukkan tanaman ini ternyata menjadi agen rahasia yang dapat menyebarkan penyakit yang mematikan bagi jeruk.

Hasil penelitian kolaboratif internasional yang dipimpin tim Universitas Gadjah Mada mengungkap bahwa Murraya sumatrana, tanaman asli Indonesia, ternyata bisa terinfeksi bakteri penyebab citrus greening atau huanglongbing (HLB), penyakit paling destruktif pada jeruk.

Pemimpin riset, yang juga Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Prof. Siti Subandiyah, menjelaskan hasil tersebut memperluas pemahaman tentang siklus epidemiologi penyakit HLB di ekosistem tropis.

“Kita harus mulai memperhatikan spesies tanaman liar atau yang tidak dibudidayakan yang hidup berdampingan dengan tanaman jeruk. Murraya sumatrana yang tersebar luas di Indonesia ternyata punya potensi terinfeksi patogen dan menyebarkannya melalui serangga vektor ke tanaman jeruk yang dibudidayakan,” ujarnya, Kamis (17/4).

Dalam konteks ekologi, ujarnya, temuan ini cukup menggugah. Apalagi Murraya sumatrana adalah tanaman asli Indonesia yang kerap tumbuh liar di hutan sekunder, pekarangan, hingga kawasan konservasi. Karena tidak menunjukkan gejala mencolok saat terinfeksi CLas, keberadaannya sebagai reservoir penyakit sangat mungkin tidak terdeteksi. Jika tidak dikendalikan, spesies ini berpotensi mempercepat penyebaran HLB ke kebun jeruk rakyat maupun industri hortikultura.

Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Quartil 1 (Q1) Plant Disease edisi April 2024 silam dengan judul “Natural Infection of Murraya paniculata and Murraya sumatrana with ‘Candidatus Liberibacter asiaticus’ in Java”.

Terbukti positif

Penelitian ini juga mencatat bahwa untuk pertama kalinya, M. sumatrana terbukti positif terinfeksi Candidatus Liberibacter asiaticus (CLas), secara alami. CLas merupakan bakteri penyebab HLB yang ditularkan oleh kutu loncat jeruk (Diaphorina citri).

Dikatakan, selama lebih dari setahun tim peneliti mengambil sampel dari berbagai spesies Murraya yang tumbuh di Yogyakarta, Purworejo, dan Kebun Raya Bogor. Mereka memadukan pendekatan botani klasik dengan analisis DNA kloroplas dan ITS untuk memastikan identitas spesies, lalu menguji keberadaan bakteri menggunakan polymerase chain reaction (PCR) dan real-time PCR. Hasilnya, ditemukan bahwa empat aksesi murraya paniculata (kemuning jepang, tanaman hias) dan tiga aksesi murraya sumatrana (kemuning jawa) mengandung bakteri CLas penyebab HLB.

Lebih jauh, kutu loncat jeruk (Diaphorina citri) yang menjadi vektor utama penyakit ini, diketahui berkembang biak dengan cepat pada pucuk muda tanaman murraya. Populasinya meningkat saat musim kemarau dan bisa dengan mudah berpindah ke pohon jeruk yang tumbuh di sekitarnya.

Temuan lapangan menunjukkan bahwa M. paniculata dan Murraya sumatrana yang tumbuh di sekitar kebun jeruk dan kampus UGM dihuni oleh serangga ini dalam jumlah cukup signifikan. “Ini jadi peringatan bahwa pengendalian HLB tidak cukup hanya berfokus pada jeruk yang dibudidayakan. Kita juga harus mengawasi lanskap sekitar, seperti tanaman pagar, semak liar, bahkan tanaman hias di taman kota,” kata Prof. Siti.

Diperlukan pendekatan
Namun, pada kesempatan itu Prof. Siti menegaskan bahwa deteksi patogen di Murraya sumatrana bukan berarti tanaman ini harus diberantas. Justru diperlukan pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem. Perawatan teratur, pengawasan vektor, serta perlakuan karantina terhadap pergerakan tanaman dari dan ke zona rawan HLB perlu diperkuat.
“Kami tidak menyarankan penghilangan spesies. Kita justru perlu memahami perannya secara ekologis dan mengelolanya dengan bijak,” tegasnya.

Studi ini juga menjadi contoh bagaimana ilmu botani klasik dan bioteknologi molekuler bisa bersinergi. Identifikasi spesies tidak hanya berdasarkan bentuk daun, bunga, buah, biji, atau tinggi tanaman, melainkan dikonfirmasi secara genetik melalui serangkaian analisis molekuler berbasis sekuen DNA kloroplas dan ITS.

Pendekatan ini memberikan validasi ilmiah yang kuat dalam membedakan spesies yang secara morfologi tampak serupa, terutama antara M. paniculata dan M. sumatrana. Keduanya sering kali tertukar dalam identifikasi lapangan, padahal perbedaan status sebagai inang patogen memiliki dampak besar bagi kebijakan karantina tumbuhan, manajemen risiko penyakit, dan pergerakan tanaman dalam sistem perdagangan hortikultura, khususnya tanaman hias. Dengan akurasi identifikasi yang lebih tinggi, kebijakan pengendalian pun bisa dibuat lebih tepat sasaran dan efisien.

Didanai LPDP
Penelitian ini didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Badan Pengelola Pendidikan Tinggi (BPPT) yang memberikan beasiswa bagi Ayu Lestiyani yang merupakan mahasiswa S3 Program Doktoral Bioteknologi Sekolah Pascasarjana UGM. Sedangkan dukungan kolaborasi internasional dan disertasi diberikan oleh Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) melalui proyek SRA No: HORT/2023/193 dan Program Mobilitas Mahasiswa dari Tokyo University of Agriculture. Pengambilan sampel juga melibatkan pihak Kebun Raya Bogor dan staf lapangan yang turut mendampingi tim peneliti.

Siti berharap, hasil riset ini bisa menjadi pijakan untuk membangun strategi pengendalian HLB yang lebih menyeluruh dan berbasis lanskap. “Kalau kita tidak menyentuh vegetasi sekitar kebun jeruk, kita seperti menutup satu lubang tapi membiarkan lubang lainnya terbuka lebar,” pungkasnya.

Temuan ini tidak hanya memperluas pemahaman tentang siklus penyakit HLB, tapi juga menjadi pengingat bahwa tanaman lokal, meski tampak tak berbahaya, bisa berperan besar dalam dinamika penyakit tanaman. Dengan pendekatan ilmiah yang memadukan taksonomi molekuler dan ekologi lapangan, para peneliti UGM kembali menunjukkan bagaimana riset kampus bisa memberikan dampak nyata bagi ketahanan pangan nasional. Lebih lanjut kerjasama riset nasional dan internasional secara terpadu  akan memberikan dampak yang lebih luas dan signifikan untuk memahami dan memecahkan masalah pertanian. (E-2)

Read Entire Article