Lebaran bukan cuma tentang mudik dan silaturahmi. Bagi sebagian orang, seperti para pedagang di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, momen ini adalah kesempatan mencari rezeki.
Di tengah hilir mudik penumpang yang pulang kampung atau kembali ke ibu kota, para pedagang bertahan dengan lapak-lapak sederhana mereka. Ada juga yang memikul barang dagangannya, menjajakan berbagai barang kebutuhan penumpang.
Wahid (52), salah satunya. Ia tampak di sekitar terminal membawa barang dagangannya.
“Iya ini jualan penggorengan,” kata Wahid saat ditanya kumparan, Minggu (6/4).
Sudah lebih dari 10 tahun, Wahid berjualan di Terminal Kalideres. Namun baru satu-dua tahun terakhir ia fokus menjual penggorengan.
“Awalnya jualan kacang-kacangan, kanebo pernah juga, kain lap. Terus ditawarin teman jualan ini, untungnya juga lumayan, yaudah saya coba jualan ini,” ujarnya.
Setiap menjelang Lebaran, dagangan Wahid biasanya lebih laris.
“Lebaran banyak yang beli buat di sana kan (kampung). Ini pas pada balik, belum ada yang beli lagi,” ujarnya.
Tahun ini, ia mencatat ada enam unit penggorengan yang laku dibeli penumpang yang mudik. Harganya Rp 70 ribu per buah, “asli Tiongkok,” ujar Wahid.
Hari-hari biasa, penjualannya tak terlalu ramai. “Ya paling satu-dua. Kalau yang baru dateng jarang yang beli, biasanya yang pulang tuh biar ada yang dibawa ke kampung,” jelas wahid
Ia mengaku tinggal di kontrakan di belakang terminal, bersama istri dan anak.
“Belakangan saya mudiknya,” imbuhnya.
Di sisi lain terminal, aroma masakan rumah menyeruak dari sebuah warung sederhana yang dikelola oleh Nelly (50).
Ia menyediakan masakan khas Sunda seperti ayam, ikan, dan aneka sayur.
“Masakan rumahan aja,” katanya sembari menyiapkan piring pesanan.
Sudah lima tahun Nelly membuka warung makan di terminal itu. Ia merantau dari Garut dan tinggal di sekitar terminal bersama keluarganya.
“Kadang-kadang tidur di sini juga (di dalam warung),” ujarnya.