
INDUSTRI hortikultura memiliki potensi luar biasa, baik dari sisi keragaman tanaman, nilai ekonomi, maupun kebutuhan pasar yang terus meningkat. Namun demikian, sektor ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan seperti perubahan iklim yang menyebabkan ketidakpastian musim tanam dan penurunan produktivitas lahan, tingginya serangan hama dan penyakit tanaman, serta alih fungsi lahan.
Menurut Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Glenn Pardede, salah satu kunci untuk menghadapi tantangan tersebut yaitu pengembangan inovasi dan teknologi. Selama beroperasi 35 tahun di Indonesia, produsen benih hortikultura merek Cap Panah Merah akan membuka fasilitas penelitian dan pengembangan baru di Purwakarta, Jawa Barat, pada pertengahan Mei mendatang.
"Setelah selesai, fasilitas ini akan dilengkapi dengan laboratorium biomolekular, bioselular, dan laboratorium penyakit tanaman yang lebih luas. Peran ketiga laboratorium ini sangat strategis dalam menjamin kemurnian dan keaslian sumber genetik, mempercepat seleksi varietas unggul tahan penyakit, adaptif terhadap perubahan iklim, dan sesuai kebutuhan pasar," ujar Glenn di Jakarta, Rabu (9/4).
Fasilitas baru tersebut juga akan dilengkapi dengan laboratorium biokimia dan laboratorium bioinformatika. Kedua laboratorium nanti mendukung percepatan proses perakitan varietas baru, dan memungkinkan deteksi senyawa biokimia melalui analisis DNA, RNA guna mendukung pengembangan varietas sayuran dengan kandungan nutrisi tinggi.
"Aplikasi teknologi ini memungkinkan kami menyederhanakan proses yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun dalam pengembangan varietas. Ini tidak hanya efisien dari sisi waktu, tetapi juga meningkatkan akurasi dalam mendapatkan hasil terbaik," tambah Glenn.
Guna meningkatkan kapasitas petani, Ewindo juga membangun 20 Learning Farm yang saat ini beroperasi di delapan lokasi sentra produksi hortikultura nasional di Karawang, Magelang, Malang, Banyuwangi, Lampung Selatan, Solok, Hulu Sungai Selatan, dan Minahasa. Ditamah lagi tiga Rumah Bawang. Fasilitas ini memungkinkan petani untuk saling berbagi informasi dan melakukan praktik bertani dengan baik dan berkelanjutan, mulai dari teknologi budi daya, penanggulangan hama dan penyakit, serta berbagai persoalan lain yang dihadapi petani.
Untuk mempermudah petani dalam menentukan sayuran yang mesti mereka tanam, pihaknya juga terus mengembangkan aplikasi Sipindo yang mencantumkan informasi harga sayur di pasar. Informasi tersebut diharapkan dapat membantu petani sayur mengetahui jika pasar sudah jenuh terhadap produk sayuran tertentu. (Ant/I-2)