KETUA Komisi VIII DPR sekaligus anggota Tim Pengawas atau Timwas Haji DPR Marwan Dasopang mengatakan layanan transportasi bus bagi jemaah Indonesia menjelang puncak ibadah haji tidak sesuai dengan kesepakatan. Dia mengungkapkan hal itu saat memantau langsung jemaah Indonesia di Jarwal, Sektor 7, Makkah, Arab Saudi, Rabu, 4 Juni 2025.
“Ya, kita tentu kecewa. Bus yang digunakan itu tidak seperti yang kita putuskan, yaitu bus masyarakat. Bukan bus sekolah, bukan pula bus shalawat,” kata Marwan dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta pada Kamis, 5 Juni 2025, seperti dikutip dari Antara.
Dia menuturkan Timwas Haji DPR mendapati penggunaan bus shalawat dan bus sekolah untuk pengangkutan jemaah Indonesia ke Arafah menjelang puncak haji. Padahal, kata dia, armada yang disepakati untuk perjalanan ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) adalah bus masyair sebagai bus khusus yang disiapkan untuk puncak ibadah haji.
Menurut dia, meski secara teknis armada tersebut masih mampu mengangkut jemaah dengan aman, penggunaan bus non-masyair patut dievaluasi dari sisi kenyamanan, kesiapan, dan kesesuaian fungsi.
“Ini jadi bahan evaluasi. Kok bisa bus sekolah dan bus shalawat masih digunakan untuk mengangkut jemaah ke Arafah? Padahal mereka seharusnya mendapat layanan dari bus khusus,” ujarnya.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menjelaskan bus shalawat dan bus masyair memiliki perbedaan fungsi, rute, dan waktu operasi yang sangat mendasar. Sebab, sedianya bus masyair hanya beroperasi secara intensif saat puncak ibadah haji untuk digunakan menuju Armuzna.
Sebaliknya, dia menyebutkan bus shawalat yang beroperasi 24 jam selama masa ibadah haji reguler dirancang khusus untuk antarjemput jemaah dari hotel ke Masjidil Haram dan sebaliknya.
“Jika berdasarkan rute bus, bus shalawat melayani area sekitar Makkah dan hotel jemaah, sedangkan bus masyair melayani rute strategis yang telah ditetapkan berupa Makkah-Arafah, Arafah-Muzdalifah, Muzdalifah-Mina, dan Mina-Makkah,” tuturnya.
Karena itu, dia menegaskan pentingnya konsistensi pelaksanaan sesuai rencana dan komitmen awal yang telah disepakati bersama oleh pemerintah dan penyedia layanan transportasi atau syarikat. Dia menilai ketidaksesuaian itu sebagai bentuk lemahnya pengawasan teknis yang harus segera diperbaiki.
“Kami minta ini jadi perhatian serius. Jemaah berhak mendapatkan pelayanan terbaik, apalagi pada fase paling krusial dalam ibadah haji,” kata dia menegaskan.
Kesiapan Jemaah Hadapi Puncak Ibadah Haji
Ribuan jemaah haji Indonesia bergerak ke Arafah mulai Rabu, 4 Juni 2025, untuk melaksanakan puncak ibadah haji pada Kamis, 5 Juni 2025 atau 9 Zulhijah 1446 Hijriah. Kepala Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Bandara Abdul Basir mengatakan jemaah diberangkatkan secara bertahap.
"Kita berdoa semoga prosesi ini berjalan lancar dari awal hingga akhir," kata Basir sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Agama pada Rabu, 4 Juni 2025.
Basir menambahkan para petugas haji sudah diberangkatkan ke Arafah sehari lebih dulu. Dia menyebutkan 141 petugas tersebut akan menyambut para jemaah dan memastikan semua fasilitas siap digunakan. “Mereka selanjutnya akan bertanggung jawab untuk melayani operasional haji di Arafah,” kata dia.
Selama masa puncak haji yang dikenal dengan masa Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), seluruh PPIH Arab Saudi yang terorganisasi dalam sebuah satuan operasi telah bersiap di masing-masing kota. Satgas Arafah akan diisi petugas yang berasal dari daker bandara, sementara satgas Muzdalifah diisi petugas daker Makkah, dan satgas Mina diisi petugas daker Madinah.
Secara total, pelaksanaan ibadah haji tahun ini diikuti oleh 221.000 jemaah Indonesia yang terdiri dari 203.320 haji reguler dan 17.680 haji khusus.
Adapun Ketua Timwas Haji DPR Cucun Ahmad Syamsurijal mewanti-wanti jemaah haji Indonesia agar mempersiapkan fisik dan mental sebaik-baiknya di puncak pelaksanaan ibadah haji. Fase puncak ibadah haji yang dikenal dengan masa Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) jatuh pada Kamis, 5 Juni 2025 atau 9 Zulhijah 1446 Hijriah.
Wakil Ketua DPR ini mengatakan masa puncak haji merupakan momen yang dinantikan jemaah setelah bertahun-tahun menunggu kesempatan berhaji. Karena itu, Cucun mengingatkan pentingnya kesiapan jasmani maupun rohani supaya jemaah haji dapat menjalankan semua rangkaian ibadah dengan maksimal.
“Pesan saya untuk jemaah haji semua, harus betul-betul menyiapkan bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Karena puncak haji ini adalah ibadah yang sangat didambakan, harus dijalani dengan penuh semangat dan kesiapan,” ujar Cucun di Makkah, dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis, 5 Juni 2025.
Politikus PKB ini mengatakan tantangan utama yang dihadapi jemaah saat puncak haji adalah cuaca ekstrem dan kondisi yang padat di lokasi ibadah, terutama di Amuzna. Tak hanya itu, dia menilai proses ibadah seperti lempar jumrah dan tawaf ifadah juga akan menguras tenaga.
“Fisik dan psikis jemaah harus benar-benar kuat. Cuaca di Arafah sangat panas, kemudian saat lempar jumrah maupun tawaf, itu sangat padat. Jadi mental dan semangat harus terus dijaga agar bisa tetap sehat hingga akhir ibadah,” kata Cucun.
Dede Leni Mardianti, Ervana Trikarinaputri, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Alasan Mendagri Izinkan Pemda Gelar Rapat di Hotel dan Restoran