Liputan6.com, Jakarta Final Piala Dunia Antarklub 2025 mempertemukan dua raksasa Eropa, yaitu Chelsea dan Paris Saint-Germain (PSG). Duel bergengsi ini akan digelar di MetLife Stadium, East Rutherford, dengan kick-off dijadwalkan pada Senin, 14 Juli 2025, pukul 02.00 WIB. Laga ini bukan cuma soal gelar, tapi juga momen untuk mencatatkan sejarah.
PSG mengusung kepercayaan diri tinggi. Musim ini, mereka telah menyapu bersih semua trofi yang tersedia, yakni Ligue 1, Coupe de France, Trophee des Champions, dan Liga Champions. Kini, satu mahkota lagi menanti untuk melengkapi catatan fenomenal mereka—gelar juara dunia antarklub.
Mengutip esais kenamaan Prancis Paul Valery, “sejarah adalah ilmu tentang apa yang tak pernah terjadi dua kali.” Jika demikian adanya, apa yang sedang dilakukan PSG musim ini mungkin memang tidak akan terulang. Maka dari itu, mereka bertekad untuk menutupnya dengan sebuah akhir yang sempurna.
Menuliskan Nama di Buku Sejarah
Tak sekadar mengejar kemenangan, PSG tahu bahwa keberhasilan mereka kali ini akan menjadi tonggak penting. Klub ibu kota Prancis ini berpeluang menjadi tim pertama yang mengangkat trofi edisi perdana Piala Dunia Antarklub dalam format baru. Ini bukan hanya prestasi klub, tapi juga pencapaian bersejarah dalam skala global.
Jelang laga melawan Chelsea, para pemain PSG tak ingin melewatkan kesempatan langka ini. “Kami akan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk memberi peluang kepada diri kami menuliskan nama dalam buku sejarah,” ujar bek muda Lucas Beraldo kepada FIFA. “Kami sudah memenangkan banyak trofi, dan mencapai final ini adalah pengalaman luar biasa.”
Beraldo menambahkan, “Meninggalkan jejak abadi di klub ini adalah kesempatan unik dan langka.” Pernyataan itu mencerminkan suasana ruang ganti PSG—penuh determinasi dan semangat untuk menjadikan musim ini sebagai warisan yang tak terlupakan.
Menatap Puncak Tertinggi
Apa yang tengah dikejar PSG bukan hal biasa. Di Eropa, hanya segelintir klub yang mampu meraih lima atau enam trofi dalam semusim. Barcelona asuhan Guardiola pada 2009 dan Bayern Munchen pada 2020 adalah contohnya. Kini, PSG berada di ambang prestasi serupa, dengan peluang menyusul satu gelar lagi di ajang Intercontinental Cup akhir tahun nanti.
Marquinhos, yang telah membela klub dalam hampir 500 pertandingan, merasakan semangat itu lebih dari siapa pun. “Yang saya pelajari dari musim ini adalah bahwa menang itu luar biasa,” ujarnya. PSG hanya kebobolan satu gol sejak turnamen ini dimulai—saat kalah 0-1 dari Botafogo di fase grup.
“Kami ingin terus menang, tapi saya tahu betapa sulitnya tetap berada di puncak,” kata Marquinhos lagi. “Kami membidik trofi ini karena kami benar-benar ingin menuliskan nama kami dalam sejarah. Tim ini lapar akan kemenangan. Kami sudah mencicipi manisnya trofi, dan kami ingin menutup musim dengan gemilang.”
Sepak Bola yang Menghibur Dunia
Bukan hanya soal hasil, PSG juga mencuri hati banyak penggemar berkat gaya bermain mereka. Dalam enam pertandingan di Amerika Serikat, mereka mencatat tiga kemenangan telak 4-0 atas Atletico Madrid, Inter Miami, dan Real Madrid. Permainan mereka bahkan dianggap "tak bisa dihentikan."
“Itu luar biasa [mendengarnya],” kata Desire Doue, salah satu pemain muda bersinar PSG. “Itu menunjukkan bahwa kami menjalankan tugas kami di lapangan dan memberi hiburan bagi fans. Salah satu tujuan kami adalah membuat semua orang mencintai PSG lewat gaya bermain kami.”
Pelatih Luis Enrique juga menekankan hal yang sama. “Itu pujian tertinggi saat rekan sesama pelatih mengatakan mereka senang menonton permainan kami,” ujarnya. “Dengan kualitas pemain yang saya miliki, saya bisa menyajikan gaya bermain atraktif yang menghibur tak hanya pendukung kami, tapi juga pecinta olahraga pada umumnya.”
Mengakhiri atau Memulai?
Luis Enrique menutup pernyataannya dengan harapan tinggi: “Kami akan mencoba menutup kampanye bersejarah ini dengan cara terbaik.” Namun, sejatinya, ini bisa jadi ...