Liputan6.com, Jakarta Di sela kesibukan di dunia seni, Syifa Hadju menunjukkan kepedulian pada lingkungan lewat pesan kepada generasi muda Indonesia. Ia mengingatkan publik bahwa tiap kegiatan manusia bisa berdampak pada lingkungan.
Karenanya, manusia punya tanggung jawab menjadi agen perubahan. Ramah lingkungan bisa dimulai dari hal sederhana yang dilakukan secara konsisten. Syifa Hadju memulainya dengan menyorot penggunaan plastik.
“Sebagai generasi muda, harus mulai menyadari bahwa aktivitas yang kita lakukan bisa memberi dampak pada lingkungan. Untuk itu kita harus melakukan perubahan dari hal kecil, misalnya, ketika pergi berbelanja,” katanya.
Syifa Hadju menyampaikan ini bukan tanpa alasan. Pertumbuhan populasi dan konsumsi sumber daya alam yang besar-besaran memicu munculnya masalah lingkungan di dunia. Di sisi lain, konsumen lebih sadar terhadap lingkungan.
Kurangi Penggunaan Plastik
Syifa Hadju menyadari, dari hal-hal kecil keluar hal-hal besar. Untuk menyelamatkan lingkungan bisa dimulai dengan bawa tote-bag sendiri saat belanja. Ini pula yang dilakukan pacar El Rumi beberapa tahun terakhir.
“Saya membiasakan diri menggunakan tote bag untuk mengurangi penggunaan plastik,” aku Syifa Hadju. “Tapi benar juga kalau bawa plastik banyak kan enggak ramah buat bumi. Ini langkah perubahan aku untuk care ke lingkungan dan kesehatan aku,” imbuhnya.
Memilih Ramah Lingkungan
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Minggu (27/7/2025), Syifa Hadju menjelaskan semangat ramah lingkungan kemudian menjalar ke pemilihan produk untuk keperluan pribadi termasuk pembalut.
“Begitu juga dalam pemilihan produk. Memilih produk ramah lingkungan seperti Charm Bio Materials Organic Cotton Type. Kita bisa berkontribusi menjaga bumi. Bukan cuma nyaman, tapi buat kesehatan aman, lingkungan juga,” ucap Syifa Hadju.
Senada Dengan Syifa Hadju
Senada dengan Syifa Hadju, Presiden Direktur Unicharm, Takumi Terakawa mengingatkan, memilih produk ramah lingkungan bisa mengatasi beragam masalah dunia seperti pemanasan global, penipisan sumber daya, peningkatan status perempuan, serta mewujudkan masyarakat berkelanjutan.
Ia lantas menyorot Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menetapkan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2015. Takumi Terakawa memandang realisasi SDGs sebagai tujuan perusahaan.
“Kami menyadari bahwa tak hanya pemerintah di setiap negara, tapi semua pihak yang terlibat harus bekerja sama untuk mencapainya. Kami menetapkan Ethical Living for SDGs sebagai slogan perusahaan dan telah menjalankan berbagai kegiatan yang sejalan dengan itu,” urainya.