TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan mengatakan pemerintah masih mengkaji kemungkinan penggunaan jet tempur J-10 asal Cina sebagai bagian dari sistem pertahanan nasional. Ia menegaskan Indonesia sebagai negara non-aliansi, membuka kerja sama dengan berbagai negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Termasuk evaluasi kami juga, apakah bisa kita menggunakan J-10 tersebut untuk alutsista kita," Donny saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu, 4 Juni 2025. "Kita negara netral, tidak berpihak pada satu negara, kita tidak ada aliansi. Kita bisa mengambil sumber senjata dari negara manapun, termasuk Cina,” tutur dia.
Donny menyebut kabar pembelian jet tempur tersebut belum dapat dipastikan. Donny menjelaskan rumor pembelian jet tempur tersebut mencuat seiring kunjungan Kepala Staf Angkatan ke Cina dalam rangka menyaksikan gelaran airshow.
Dalam kunjungan tersebut, pemerintah Cina sempat menawarkan pesawat tempur tersebut kepada Indonesia. “Jadi waktu itu Kepala Staf Angkatan Udara berkunjung ke China. Di dalam airshow, melihat pesawat itu, dan termasuk ditawarkan pesawat itu ya,” kata dia.
Atas dasar itu, tidak menutup kemungkinan untuk membeli alutsista Cina jika harga dan kualitasnya sesuai kriteria. “Sehingga kalau memang kami evaluasi pesawat ini bagus, memenuhi kriteria yang kita tetapkan. Apalagi harganya murah, kenapa tidak,” ucap dia.
Pernyataan itu disampaikan usai Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menerima Duta Besar RI untuk Cina, Djauhari Oratmangun. Pertemuan tersebut membahas sejumlah isu strategis, termasuk rencana pengiriman pilot Indonesia untuk berlatih di Cina.
Keputusan pengadaan alutsista belum final. Menurut dia, ada sejumlah syarat yang mesti dipenuhi sebelum Indonesia memutuskan untuk membeli pesawat tempur dari luar negeri, termasuk J-10 dari Cina.
“Kriteria pesawat tempur ini bisa diintegrasikan dengan sistem yang ada di kita ya. Kita kan sudah punya sistem ya, lalu kemudian terkait dengan kemampuannya, jarak terbangnya berapa, kemampuan bawa senjata apa saja, nah itu juga harus kita lihat nanti ya,” ujar Donny.
Ia juga menambahkan, hingga saat ini belum ada tim teknis yang ditugaskan secara khusus untuk menindaklanjuti tawaran dari Cina. “Ini kan baru penawaran, lalu kemudian kita melihat kemungkinannya. Belum, kita belum kirim tim untuk mendalami itu juga,” kata dia.