Masyarakat Sipil Tolak Wacana Pilkada oleh DPRD

1 day ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Masyarakat Sipil Tolak Wacana Pilkada oleh DPRD Warga memasukan surat suara saat pemungutan suara ulang (PSU) di TPS 005 Nagari Tanjung Baringin Utara, Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat, Sabtu (19/4/2025).(ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/agr)

KOMITE Pemilih Indonesia (Tepi Indonesia) menolak wacana pengembalian sistem pemilihan kepala daerah  atau pilkada dari pemilihan langsung oleh rakyat menjadi pemilihan oleh DPRD atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Koordinator Tepi Indonesia Jeirry Sumampow menilai wacana tersebut sebagai langkah mundur yang membahayakan demokrasi. Ia menyebutkan bahwa ide ini mencerminkan ketidaksetujuan Pemerintah dan DPR terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 135/PUU-XXI/2024 yang secara tegas telah melarang pilkada oleh DPRD dan memisahkan pemilu nasional dan lokal.

"Tepi Indonesia melihat wacana ini sebagai langkah mundur yang berbahaya bagi demokrasi kita, terlebih lagi karena ini tampak sebagai upaya mengabaikan putusan konstitusional," kata Jeirry dikutip dari siaran pers, Kamis (31/7). 

Menurutnya, argumen efisiensi biaya hanyalah ilusi yang menyesatkan. Ia menegaskan, peralihan dari pemilihan langsung ke pemilihan oleh DPRD justru berpotensi memperparah praktik politik uang. 

"Yang terjadi justru pergeseran politik uang dari skala massal ke skala yang lebih tersembunyi, di mana setiap suara anggota DPRD akan menjadi komoditas transaksi politik yang mahal dan sulit diawasi," jelasnya.

Lebih jauh, Jeirry menyampaikan, perubahan sistem ini akan memutus keterlibatan rakyat dalam proses demokrasi, merusak hak partisipatif yang telah dibangun sejak era reformasi.

Ia juga memperingatkan kepala daerah yang dipilih oleh DPRD cenderung lebih loyal pada partai politik dan anggota DPRD, bukan kepada rakyat. Konsekuensinya, akuntabilitas publik akan melemah.

"Rakyat akan kehilangan mekanisme langsung untuk menghukum atau memberi apresiasi kepada pemimpin daerah melalui kotak suara," kata Jeirry. 

Lebih lanjut, Tepi Indonesia menyoroti risiko dominasi oligarki politik yang akan muncul dari sistem ini. Menurut mereka, keputusan siapa yang menjadi kepala daerah akan bergantung pada elite partai dan kesepakatan politik tertutup, yang jauh dari transparansi dan keterwakilan rakyat.

"Sistem ini justru akan menjadi surga bagi oligarki politik, berisiko tinggi melahirkan pemimpin yang tidak representatif dan hanya melayani kepentingan kelompok tertentu," jelas Jeirry.

Meski menyadari pengubahan sistem membutuhkan revisi besar terhadap UU Pilkada dan UU Pemerintahan Daerah, Tepi Indonesia mempertanyakan motif di balik langkah tersebut, terutama ketika terkesan mengabaikan putusan MK.

Ia juga menyoroti potensi lolosnya wacana ini karena adanya dukungan politik kuat dari eksekutif dan sebagian besar fraksi di DPR RI. "Jika koalisi pendukung pemerintah bersatu, kemungkinan besar usulan ini akan lolos," tutur Jeirry. (H-4)

Read Entire Article