Liputan6.com, Jakarta Lautaro Martinez masih belum pulih sepenuhnya dari luka yang ditinggalkan oleh kekalahan telak Inter Milan di final Liga Champions.
Tim asuhan Luis Enrique, PSG menghajar Inter dengan skor mencolok 5-0 dalam laga puncak di Munich, kekalahan yang Lautaro sebut “tak bisa dijelaskan”.
“Saya belum bisa memahami bagaimana kami bisa kehilangan kesempatan besar seperti itu,” ucap Lautaro dalam wawancara dengan La Gazzetta dello Sport.
Ia bahkan mengaku butuh lima hari untuk mulai berbicara lagi setelah kekalahan itu. Dalam seluruh pernyataannya, Lautaro tak menyebut kata "final" atau "PSG", hanya menyebutnya sebagai “apa yang terjadi”.
Lautaro kini berada di Amerika Serikat bersama skuad Inter untuk mengikuti Piala Dunia Antarklub. Mereka akan menghadapi Monterrey yang diperkuat Sergio Ramos pada Rabu dini hari waktu Spanyol.
Chivu dan Harapan Baru Inter di Tengah Kekecewaan
Setelah kepergian Simone Inzaghi, Inter kini ditangani oleh mantan bek mereka, Cristian Chivu. Lautaro menyambut baik kehadiran pelatih barunya itu, bahkan keduanya sudah saling berkomunikasi sebelum berjumpa secara langsung di kamp latihan UCLA.
“Kami bicara panjang lebar, dia menjelaskan idenya. Saya suka dan sepakat dengan pandangannya, kami punya mentalitas yang sama,” ujar Lautaro.
Ia juga mengungkapkan telah berbicara dengan rekan-rekannya untuk tetap kuat secara mental menghadapi turnamen terakhir sebelum liburan musim panas.
Menurut Lautaro, Inter harus memaksimalkan turnamen ini sebagai titik awal pemulihan, untuk kembali ke jalur juara setelah kegagalan besar di Eropa.
Itu Bukan Kami: Luka yang Tak Hilang dari Lautaro
Dalam pengakuannya yang paling emosional, Lautaro menyebut malam di Munich sebagai malam di mana Inter tampil seperti bukan diri mereka. “Itu bukan kami. Malam itu semuanya mungkin bagi mereka, dan tidak ada yang mungkin bagi kami,” katanya.
“Saya butuh waktu lima atau enam hari untuk bisa bicara. Saya hanya ingin menjelaskan pada orang-orang saya, karena saya tidak bisa memahami level performa kami malam itu,” lanjutnya.
Ia mengakui masih merasa sedih, tapi menegaskan tak ada pilihan lain selain terus melangkah.
Kini, dengan sisa energi dan semangat, Lautaro menegaskan satu hal: “Kami harus terus maju. Tidak ada pilihan lain.”