Liputan6.com, Jakarta Semua mata awalnya tertuju ke Paris Saint-Germain (PSG). Klub raksasa Prancis itu datang dengan status jawara Liga Champions dan ambisi besar untuk mengangkat trofi Piala Dunia Antarklub pertama mereka. Dengan nama-nama mentereng seperti Achraf Hakimi, Vitinha, Khvicha Kvaratskhelia, hingga Ousmane Dembele, PSG diyakini sudah menulis naskah kemenangan mereka sendiri.
Namun, naskah itu hancur berkeping-keping di MetLife Stadium, New Jersey. PSG, yang sebelumnya begitu dominan di tanah Amerika Serikat, justru dihancurkan oleh Chelsea. Yang menjadi sutradara malam itu bukan Dembele dan kolega, melainkan seorang pemain Inggris berusia 23 tahun bernama Cole Palmer.
Dengan gaya bermain yang tenang dan keputusan-keputusan tajam, Palmer mencetak dua gol dan satu assist untuk membawa Chelsea menang 3-0 atas PSG. Penampilan itu tidak hanya menghancurkan favorit juara, tapi juga menobatkannya sebagai pemain terbaik di pertandingan dan turnamen.
Palmer yang Merobek Mimpi Paris
Palmer tak butuh banyak sentuhan untuk mengubah arah cerita besar ini. Ia membuka skor dengan penyelesaian yang dingin, lalu mencetak gol keduanya setelah mengecoh Vitinha dengan tipuan cerdas dan menembak ke sudut bawah gawang. Dua momen itu cukup untuk meruntuhkan kepercayaan diri PSG.
Masih di babak pertama, Palmer mengirim assist cantik ke Joao Pedro yang membuat kedudukan menjadi 3-0. Ia menyisir lini tengah, membaca ruang, lalu melepas bola yang sempurna ke jalur lari rekannya. Gol itu menutup malam yang sangat sulit dilupakan bagi raksasa Prancis.
"Ini luar biasa," kata Liam Delap kepada FIFA soal penampilan Palmer. "Dia pemain kelas dunia dan hari ini dia menunjukkannya."
Pengakuan dari Kawan Satu Tim
Rekan-rekannya tak segan memuji. Robert Sanchez, sang penjaga gawang Chelsea, bahkan menganggap Palmer sebagai salah satu yang terbaik di dunia. "Cole Palmer adalah yang terbaik di dunia. Kalau dia belum yang terbaik sekarang, dia akan menjadi yang terbaik dalam dua atau tiga tahun ke depan," ucapnya kepada FIFA.
"Dia pemain top. Dia menunjukkannya di semua pertandingan. Apa yang dia lakukan itu ajaib. Ketika dia mendapat peluang, dia memanfaatkannya. Hari ini, dia mencetak dua gol, hampir hat-trick. Sangat mengesankan."
Bagi Malo Gusto, Palmer memang tidak banyak bicara, tetapi ketika berada di lapangan, semua jelas terlihat. "Dia selalu agak menyendiri, agak tertutup," kata bek kanan asal Prancis itu. "Namun, dia orang yang sangat baik. Dia tahu kapan harus bicara. Dia juga tahu bagaimana membuat tim santai. Kami semua sangat senang punya pemain seperti dia."
Diam-diam Memimpin, Palmer Merendah
Meski diganjar dua penghargaan individu—Superior Player of the Match dan Player of the Tournament—Palmer memilih untuk tidak membicarakan dirinya sendiri. Ia justru menyoroti sosok pelatih Enzo Maresca sebagai faktor penting di balik kemenangan Chelsea.
"Jelas semua orang meragukan kami," ujar Palmer kepada FIFA. "Kami tidak ambil pusing. Kami justru menggunakan itu sebagai motivasi tambahan dan bekerja keras di lapangan. Saya rasa, kami tampil luar biasa hari ini, terutama pelatih. Kami punya rencana permainan yang bagus dan kami mengeksekusinya dengan baik."
Sikap itu menegaskan karakter Palmer yang rendah hati, fokus, dan penuh dedikasi. Ia tahu kapan harus bicara, tapi lebih senang membiarkan permainannya yang bersuara paling keras.
Sumber: FIFA