Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani, mendorong pemerintah tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif dalam melindungi masyarakat dari COVID-19 mengingat adanya kenaikan kasus di beberapa negara Asia.
“Peningkatan kasus COVID-19 di Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hongkong harus menjadi alarm kewaspadaan bagi Indonesia. Meski kasus dalam negeri menurun, kita tidak boleh lengah,” ujar Netty dalam keterangan resmi, Selasa (3/6/2025).
Menurut Netty, kebijakan antisipatif yang tertuang dalam Surat Edaran Kemenkes tentang Kewaspadaan terhadap Peningkatan Kasus COVID-19 yang dikeluarkan Kemenkes RI pada 23 Mei 2025 patut diapresiasi. Namun, ia menekankan pentingnya implementasi di lapangan, terutama dalam penguatan sistem deteksi dini, pelaporan kasus, dan edukasi masyarakat.
“Surat Edaran tidak cukup jika hanya berhenti di meja birokrasi. Perlu ada percepatan koordinasi lintas sektor hingga ke level fasilitas kesehatan terdepan di lapangan,” tegas politisi PKS ini.
Netty juga menyoroti pentingnya strategi komunikasi publik yang efektif agar masyarakat tidak panik tapi tetap waspada.
“Edukasi soal pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, penggunaan masker bagi yang sakit, serta kesadaran untuk segera memeriksakan diri jika bergejala, harus terus digencarkan. Jangan sampai masyarakat justru abai karena merasa pandemi sudah usai,” tambahnya.
Meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa negara membuat khawatir masyarakat Indonesia. Menanggapi hal ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ungkap tidak memiliki vaksin Covid-19.
Minta Pemerintah Lakukan Pengawasan di Pintu Perbatasan
Netty juga meminta agar Pemerintah mulai melakukan pengawasan di pintu-pintu perbatasan, keluar masuk orang/warga, pelabuhan dan bandara.
“Mobilitas warga dari satu tempat ke tempat lain, dari luar negeri ke Indonesia, itu menjadi salah satu pintu penularan COVID-19,” ucap Netty.
Lebih lanjut, Netty mengingatkan agar pemerintah tetap menyiagakan sistem layanan kesehatan, termasuk ketersediaan fasilitas, tenaga medis, dan alat pelindung diri (APD) jika terjadi lonjakan kasus secara tiba-tiba.
“Kita sudah belajar banyak selama pandemi kemarin. Jangan sampai kita mengulang ketidaksiapan hanya karena terlalu percaya diri melihat tren penurunan,” imbuh Netty.
Kenaikan Kasus COVID-19 di Indonesia
Dalam kesempatan lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa terjadi kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia.
Hal itu ia sampaikan saat menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 3 Juni 2025.
Budi mengatakan, dalam pertemuan tersebut Presiden Prabowo menanyakan mengenai update perkembangan COVID-19 di Tanah Air.
Budi menjawab bahwa memang ada kenaikan kasus infeksi virus akibat SARS-CoV-2. "Itu mengenai COVID, beliau tanya seperti apa. Saya sampaikan bahwa COVID itu memang terjadi kenaikan," kata Menkes Budi kepada wartawan mengutip Antara.
Pekan lalu, Kemenkes mencatat ada tujuh kasus COVID-19. Kasus tersebut tercatat pada minggu ke-22 tahun 2025 tepatnya tanggal 25 Mei-31 Mei.
Data ini dilihat berdasarkan laman resmi Infeksi Emerging Kemenkes RI yang Health Liputan6.com pantau pada Selasa, 3 Juni 2025 sore.
Pada pekan sebelumnya, yakni minggu ke-21, ditemukan 3 kasus COVID-19.
Kenaikan Kasus COVID-19 Bukan dari Virus Mematikan
Lebih lanjut, Budi menjelaskan kenaikan kasus COVID-19 berasal dari virus yang tidak mematikan bila terinfeksi.
"Kenaikan ini adalah varian-varian yang relatif tidak mematikan," katanya.
Maka dari itu, Budi meminta meski ada kenaikan kasus masyarakat tidak usah panik berlebihan.
"Jadi, enggak usah terlalu dikhawatirkan supaya masyarakat tidak panik," katanya.
Di kesempatan itu, Budi mengatakan tren peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara memang naik, yang berasal dari subvarian Omicron JN.1.