Liputan6.com, Jakarta Suhu ekstrem yang melanda Club World Cup 2025 kembali jadi sorotan menjelang laga final. Gelandang Chelsea, Enzo Fernandez, secara terbuka menyebut cuaca panas yang dihadapi para pemain sangat membahayakan.
Keluhan tersebut mencuat hanya dua hari sebelum laga puncak melawan Paris Saint-Germain digelar. Suhu diprediksi mencapai puncaknya tepat saat pertandingan dimulai.
Pernyataan Fernandez memperkuat tekanan terhadap FIFA untuk mengevaluasi jadwal pertandingan demi melindungi kesehatan pemain.
Enzo Fernandez: Sangat Berbahaya
Enzo Fernandez menyebut suhu yang dihadapi para pemain sangat ekstrem. Gelandang asal Argentina itu mengaku sempat merasa pusing saat bermain dan harus berbaring di lapangan.
“Panasnya luar biasa. Saya sampai merasa pusing dan harus duduk di tanah,” ujar Fernandez. “Jujur saja, bermain di jam seperti itu sangat berbahaya.”
Fernandez menambahkan bahwa kualitas permainan turut terdampak oleh kondisi cuaca. Ia berharap FIFA mempertimbangkan penyesuaian waktu demi menjaga kualitas sepak bola.
Kritik Terhadap Jadwal Kick-Off
Fernandez menyoroti bahwa kecepatan permainan melambat drastis akibat suhu tinggi. Menurutnya, hal itu membuat pertandingan kehilangan daya tariknya.
Ia berharap FIFA mengubah waktu kick-off untuk kompetisi mendatang. “Yang terpenting, agar sepak bola tetap indah dan menarik untuk ditonton,” ujarnya.
Isu suhu panas sudah menjadi perbincangan sepanjang turnamen. Banyak pihak mendesak FIFA menjauhi jam pertandingan siang demi menghindari suhu tertinggi harian.
Respons dari Pemain dan FIFA
Bek Chelsea, Levi Colwill, menilai kedua tim menghadapi kondisi yang sama dan tidak ada alasan untuk mencari pembenaran. “Kami harus menghadapinya sebaik mungkin,” katanya.
FIFA telah memberikan waktu istirahat tambahan berupa hydration break di tiap babak. Beberapa tim bahkan menginstruksikan pemain cadangan menyaksikan laga dari ruang ganti untuk menghindari paparan panas.
Pelatih Borussia Dortmund, Niko Kovac, sebelumnya juga meminta FIFA memprioritaskan kesejahteraan pemain. Ia menyarankan agar kick-off diundur pada turnamen mendatang.
FIFA Tegaskan Adaptasi Adalah Kunci
Jurgen Klinsmann yang menjadi bagian dari Technical Study Group FIFA menanggapi isu ini dalam konferensi pers di Manhattan. Ia mengakui bahwa bermain dalam suhu 90 derajat Fahrenheit memang menyulitkan.
Menurutnya, turnamen besar mengharuskan pemain beradaptasi dengan berbagai kondisi. “Jika Piala Dunia digelar di Qatar, maka kita harus beradaptasi. Sepak bola memang soal kemampuan beradaptasi,” ujarnya.
Klinsmann pernah bermain di Piala Dunia 1994 yang juga berlangsung dalam suhu tinggi di Amerika Serikat. Ia menilai pengalaman itu relevan dengan tantangan saat ini di Club World Cup.