TEMPO.CO, Jakarta - Jemaah haji dari seluruh dunia menjalani wukuf di Arafah sebagai puncak ibadah haji, Kamis, 5 Juni 2025. Namun tahun ini, para jemaah menghadapi tantangan besar berupa suhu ekstrem yang diperkirakan mencapai 50 derajat Celsius.
Mantan petugas kesehatan haji Indonesia, Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan pentingnya mitigasi serius terhadap cuaca panas ekstrem yang berisiko menimbulkan serangan panas atau heatstroke.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun lalu, lebih dari 1.300 jemaah wafat, mayoritas akibat serangan panas dan kepadatan massa.
Dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 5 Juni 2025, Tjandra menyebutkan lima langkah antisipasi yang kini diterapkan otoritas Arab Saudi:
1. Larangan Terpapar Sinar Matahari Langsung
Jemaah diimbau tetap berada di dalam tenda, kecuali untuk keperluan ibadah atau hal mendesak. Pemerintah Saudi secara aktif mengkampanyekan perlindungan diri dari paparan langsung sinar matahari.
2. Penyediaan Safety Kit Khusus
Setiap jemaah dibekali official safety kit yang berisi panduan penggunaan pakaian terang dan payung, serta cara mengenali gejala awal dehidrasi atau gangguan akibat panas (heat exhaustion).
3. Jalan Berteknologi Pendingin
Pemerintah Saudi memasang teknologi rubberized and cooled roads yang menurunkan suhu permukaan jalan. Program ini kini telah mencakup 82 persen area padang Arafah, atau sekitar 84 ribu meter persegi.
4. Pemantauan Kerumunan via Drone
Untuk mencegah insiden akibat kepadatan, sistem crowd surveillance diterapkan menggunakan teknologi seperti drone yang memantau pergerakan massa secara real time.
5. Pembatasan Usia Anak
Media internasional melaporkan adanya kebijakan pembatasan jemaah anak di bawah usia 12 tahun. Tujuannya adalah melindungi kelompok rentan dari risiko paparan panas ekstrem dan himpitan massa.
"Semoga seluruh jemaah, termasuk dari Indonesia, dapat menjalankan ibadah haji tahun ini dengan lancar, sehat, dan barokah. Insya Allah, mabrur," ucap Tjandra.
Kementerian Agama RI sebelumnya juga menyatakan kesiapan menghadapi lonjakan suhu ekstrem, termasuk dengan menambah tenaga kesehatan dan menyediakan logistik penunjang untuk jemaah di Tanah Suci.