TEMPO.CO, Jakarta - Eks Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, menyinggung soal meritokrasi atau sistem yang memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mendapatkan posisi berdasarkan kompetensinya. Dia menyampaikan bahwa kompetensi kerap kali dikesampingkan untuk mendahulukan jaringan atau hubungan yang dimiliki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anies menyebut keadaan itu sebagai luka yang belum sembuh di Indonesia. “Bahwa kejujuran kerap disingkirkan, kompetensi dikalahkan oleh koneksi, dan kemiskinan diwariskan dari generasi ke generasi karena sistem yang enggan dibenahi,” ucap Anies saat berkhutbah dalam pelaksanaan salat Idul Adha 1446 Hijriah, di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, Jumat, 6 Juni 2025.
Menurut Anies, keadilan dan kesetaraan bukan sekadar hasil dari niat baik, tetapi buah dari keberanian untuk menyentuh akar yang dalam. “Yang kadang menyakitkan, yang sering tersembunyi di balik kebiasaan dan kenyamanan,” kata dia.
Dalam khutbahnya, dia berbicara lebih jauh soal ketimpangan sosial. Calon presiden nomor urut 1 pada kontestasi pemilihan presiden 2024 itu mengatakan bahwa ibadah haji menunjukkan manusia pada hakikatnya adalah setara. “Tak ada raja atau rakyat, kaya atau miskin, hanya manusia di hadapan Allah, mengenakan dua helai kain putih,” tutur Anies.
Namun, ketika kembali ke kota-kota asal sepulangnya dari Tanah Suci, ketidaksetaraan kembali terlihat. Di satu sisi kota, ujar Anies, restoran mewah dipenuhi pengunjung. Tetapi di sisi lain, banyak anak memungut sampah demi mendapatkan sesuap nasi. “Mobil-mobil mewah melintas di jalan yang sama dengan gerobak pedagang kecil,” tutur Anies. “Ini bukan pemandangan di negeri asing. Ini halaman rumah kita sendiri.”
Anies menyebut, kota-kota semestinya menjadi tanda dari kesehatan peradaban. Anies menjelaskan, istilah “politik” berangkat dari kata dalam bahasa Yunani “polis” untuk menggambarkan bagaimana caranya mengelola kota.
“Kota yang ditata dengan baik dengan menghadirkan kebaikan dan keadilan adalah tanda bagi peradaban yang sehat,” kata Anies. Sebaliknya, ia melanjutkan, kota-kota yang berisikan ketidakadilan merupakan penanda masyarakat yang sakit.
Anies Baswedan bertindak sebagai khatib dalam ibadah salat Idul Adha di Masjid Agung Al Azhar. Ia tampak mengenakan kemeja putih dengan jas hitam, serta kopiah hitam. Berdasarkan pantauan Tempo di lokasi, Anies menutup khutbahnya sekitar pukul 07.34 WIB.