Air Mata di Moskow: Ketika John Terry Terpeleset dan Manchester United Jadi Raja Eropa

3 weeks ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta Hujan di Moskow malam itu bukan sekadar cuaca buruk—ia menjadi saksi jatuhnya harapan dan berubahnya sejarah. Final Liga Champions 2008 mempertemukan dua raksasa Inggris, Manchester United dan Chelsea, dalam duel sarat emosi yang berakhir dengan drama adu penalti. Satu momen kecil, satu langkah tergelincir, mengubah segalanya.

John Terry berdiri di titik putih dengan kesempatan mengakhiri penantian Chelsea. Jika bola masuk, The Blues akan meraih trofi Eropa untuk pertama kalinya. Namun, tanah yang basah, tekanan yang tak tertanggungkan, dan mungkin sedikit kesombongan, menjadikan malam itu mimpi buruk baginya.

Lebih dari satu dekade berlalu, dunia masih mengingat wajah Terry yang berlinang air mata di bawah hujan Rusia. Malam yang seharusnya menjadi mahkota kepemimpinannya justru menjadi luka abadi yang tak pernah sembuh.

Luzhniki: Final Berlapis Sejarah

Pertandingan itu bukan final biasa. Digelar di Luzhniki Stadium, Moskow, 21 Mei 2008, laga ini menandai kali pertama final Liga Champions mempertemukan dua tim Inggris: Manchester United dan Chelsea. Bagi Chelsea, ini adalah debut mereka di partai puncak Eropa, sementara bagi United, ini adalah langkah melanjutkan warisan mereka yang sudah dimulai sejak era Sir Matt Busby.

Malam itu juga membawa nuansa emosional untuk Manchester United. Tahun 2008 menandai seratus tahun gelar liga pertama mereka, lima puluh tahun sejak Tragedi Munich, dan empat puluh tahun sejak menjuarai Eropa pertama kali pada 1968. Dengan Cristiano Ronaldo membuka skor dan Frank Lampard menyamakan, partai ini berjalan dalam tekanan dan tensi hingga peluit panjang.

Ketika pertandingan berlanjut ke adu penalti, semua seperti ditakdirkan berakhir secara dramatis. Ronaldo gagal mengeksekusi, memberi harapan bagi Chelsea. Hingga giliran kelima, John Terry melangkah maju—sebuah keputusan yang ternyata bukan bagian dari rencana awal.

Langkah yang Mengubah Sejarah

Claude Makelele, mantan gelandang Chelsea, mengungkapkan bahwa eksekusi penalti Terry adalah hasil perubahan dadakan. Seharusnya, Salomon Kalou menjadi penendang kelima. Namun, Terry mengambil alih, berharap bisa menjadi pahlawan. “Kami membuat kesalahan besar sebelum adu penalti. Kami sudah punya urutan yang disepakati, tapi itu berubah di menit terakhir,” ungkap Makelele.

“Seharusnya Salomon Kalou yang mengambil penalti terakhir, tapi John [Terry] mengambil kesempatan itu darinya. Saya pikir kami kalah karena sepak bola kadang sangat kejam, dan jika Anda tidak melakukan hal dengan benar, Anda akan dihukum,” tambahnya.

Makelele tak menyembunyikan kekesalannya, “Saya sangat marah saat dia gagal mengeksekusi penalti itu karena saya tahu banyak pemain muda takkan dapat kesempatan seperti ini lagi. Dia seharusnya jadi pemimpin dan melakukan yang terbaik untuk tim. Namun, dia mencoba jadi pahlawan. Kalau saja dia tahu, dia akan menjadi pahlawan karena akan mengangkat trofi itu.”

Air Mata di Tengah Hujan

Saat bola Terry membentur tiang setelah ia terpeleset di tanah basah Luzhniki, mimpi Chelsea hancur seketika. Di sisi lain, Manchester United akhirnya merayakan gelar Eropa ketiga mereka setelah Edwin van der Sar menggagalkan penalti Anelka. Namun, yang membekas dari malam itu bukan hanya perayaan Setan Merah, melainkan wajah John Terry yang terisak di bawah guyuran hujan.

Hampir dua dekade berlalu, Terry mengenang malam itu dalam sebuah podcast pada 2024. “Saya hanya ingat berdiri melihat ke luar jendela hotel di Moskow, lantai 25, hanya melihat keluar. Bertanya, ‘Kenapa? Kenapa saat itu? Kenapa mulai hujan? Kenapa saya terpeleset?’ Semua hal itu terus berputar di kepala,” ungkapnya.

Yang lebih menyakitkan baginya adalah pertandingan bersama Timnas Inggris hanya tiga hari setelah kegagalan itu. “Saya mencetak gol sundulan dari luar kotak penalti melawan Amerika Serikat di Wembley, dan itu mungkin momen tersulit. Karena kalau saya bisa menukar satu gol dalam karier saya, itu yang akan saya tukar,” ujar Terry. “Saya mencetak sundulan dari jarak 18 yard dan setelah pertandingan itu benar-benar menghancurkan saya.”

Pelajaran dari Gagal Jadi Pahlawan

Banyak yang melihat kegagalan Terry sebagai kutukan, tapi sejatinya...

Read Entire Article