Liputan6.com, Jakarta Chelsea menutup musim panas 2025 dengan prestasi gemilang. Pasukan Enzo Maresca menggasak PSG dengan skor telak 3-0 di final Piala Dunia Antarklub 2025, Senin (14/7) dini hari WIB di Stadion MetLife, dan mengangkat trofi dunia untuk kali kedua dalam sejarah klub.
Di atas kertas, PSG yang tampil dominan sepanjang turnamen dan baru saja membantai Real Madrid 4-0 di semifinal, lebih difavoritkan. Bukan hanya di semifinal, kiprah PSG di fase gugur ajang ini memang luar biasa.
Namun, Chelsea tampil luar biasa sejak menit pertama dan menguasai pertandingan sepenuhnya di babak pertama berkat dua gol Cole Palmer dan satu gol dari Joao Pedro. The Blues tak terbendung di laga ini.
PSG coba membalas pada babak kedua, akan tetapi mereka kehilangan kontrol pada beberapa momen dan gagal total. Berikut lima pelajaran penting yang bisa dipetik dari duel Chelsea vs PSG.
1. Chelsea Langsung Tancap Gas Sejak Kick-off
Chelsea langsung mendikte jalannya laga sejak menit awal. Mereka tampil penuh percaya diri, mendominasi bola, dan memanfaatkan celah di pertahanan PSG. Bukan hanya sekadar agresif, pasukan Maresca bermain dengan pola yang sangat terorganisir dan efektif.
Kunci kemenangan Chelsea terletak pada 30 menit pertama. Palmer membuka skor di menit ke-22 dan menggandakan keunggulan delapan menit kemudian. Saat PSG masih terkejut, Pedro mencetak gol ketiga menjelang turun minum.
“Kami memenangkan pertandingan dalam 10 menit pertama. Kami mengatur tempo. Ini tentang bagaimana Anda memulai final," ucap Enzo Maresca, dikutip dari DAZN.
2. Garis Pertahanan PSG Akhirnya Runtuh
Salah satu kekuatan PSG di turnamen ini adalah lini belakang mereka yang solid. Sebelum final, tim asuhan Luis Enrique hanya kebobolan sekali dalam enam pertandingan dan mencatat tiga clean sheet beruntun di fase gugur.
Namun, rapatnya pertahanan itu akhirnya jebol oleh aksi Palmer. Gol pembuka Chelsea menjadi gol pertama yang bersarang ke gawang PSG dalam 436 menit terakhir. Dari sana, segalanya berubah. PSG terlihat goyah, kehilangan kendali, dan tak pernah benar-benar bangkit.
3. Cole Palmer, Sang Raja Final Baru
Nama Cole Palmer kembali bersinar terang di laga besar. Meski sempat mengalami penurunan performa di paruh kedua musim, pemain berusia 23 tahun ini menunjukkan kelasnya di panggung paling bergengsi musim panas ini.
Palmer mencetak dua gol dalam tempo 30 menit, lalu mengirimkan assist untuk gol ketiga Chelsea. Dengan kontribusi tiga gol dalam satu final, ia memperkuat reputasinya sebagai pemain yang selalu bersinar di laga puncak.
Kini, Palmer telah terlibat langsung dalam delapan gol dalam enam final senior. Dari Community Shield hingga Euro 2024, dan kini Piala Dunia Antarklub, Palmer selalu hadir di momen-momen besar.
4. Ousmane Dembele Melempem di Laga Final
Di sisi lain, Ousmane Dembele tampil jauh dari ekspektasi. Dengan torehan 35 gol di semua kompetisi musim lalu, ia semestinya menjadi ancaman utama Chelsea. Namun, di laga ini, sang winger tak berkutik.
Dembele tak mencatatkan satu pun tembakan di babak pertama, hanya menciptakan satu peluang, dan tak memenangkan satu duel pun. Meski sedikit membaik di babak kedua, performanya tetap mengecewakan.
Penampilan ini pun memunculkan spekulasi bahwa tempatnya di panggung elite, termasuk dalam perburuan Ballon d’Or, kini terancam oleh nama-nama seperti Lamine Yamal.