REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO –Bagaimana seorang Muslimah melakukan berbagai macam aktivitas berat dengan tetap menggunakan jilbab dan menutupi tubuh mereka dengan pakaian tertutup. Misalnya di era Nabi Muhammad SAW, Muslimah merawat luka di medan perang.
Sadaf Farooqi dari Karachi di Pakistan menerangkan bahwa tidak sulit bagi seorang perempuan untuk tetap tertutup bahkan saat merawat yang terluka, atau bertempur di medan perang.
Jika prajurit pria dapat bertempur sambil mengenakan helm penutup wajah, pelindung tubuh, dan perisai, selain senjata, perempuan pun dapat tetap tertutup selama pertempuran.
Hal yang sama berlaku untuk pakaian ahli bedah modern saat bertugas di rumah sakit, mereka menutupi kepala, wajah, tubuh, dan bahkan tangan mereka saat melakukan operasi yang rumit.
Para sahabat perempuan (shahabiyah) Nabi Muhammad SAW memang turut membantu selama pertempuran dengan merawat yang terluka.
Soal jilbab, mereka berjilbab selama bertugas di pertempuran yang terjadi setelah perintah jilbab bagi perempuan Muslim diturunkan dalam Alquran.
"Sebelum saya menjelaskan bagaimana para sahabat perempuan Nabi Muhammad membantu pasukan Muslim selama pertempuran, saya ingin menarik perhatian anda pada sebuah fakta penting," tulis Sadaf Farooqi, dikutip dari laman About Islam, Selasa (16/9/2025)
Bahkan di Arab pra-Islam, dan budaya serta era bersejarah lainnya, perempuan telah membantu laki-laki dalam pertempuran, meskipun secara tidak langsung, tanpa benar-benar terlibat dalam pertempuran bersenjata di medan perang.
Sebagai contoh, meskipun jumlah mereka relatif kecil, medan perang Perang Saudara mencakup perempuan selain laki-laki. Ribuan perempuan membantu upaya perang, mereka berperan sebagai perawat, tukang cuci, dan juru masak.
Ada beberapa perempuan yang lebih berani bertugas sebagai pengintai lokal, mata-mata yang tergabung dalam militer, dan dalam kasus yang jarang terjadi, sebagai tentara.