Liputan6.com, Jakarta Praktisi kesehatan masyarakat dokter Ngabila Salama mengatakan edukasi tentang kesehatan organ reproduksi sebaiknya tidak dimulai saat anak memasuki usia remaja, tetapi sedini mungkin. Bisa dimulai dari PAUD lalu SD dengan bahasa yang disesuaikan dengan usia anak.
Tanpa bekal pemahaman yang benar, anak-anak saat usia SMP atau SMA bisa saja terlibat dalam hubungan seksual tidak aman.
"Dari PAUD diperkenalkan organ reproduksi. Lalu terutama saat SD, untuk diperkenalkan organ reproduksi untuk mencegah hubungan seksual berisiko yang bisa menularkan penyakit infeksi menular seksual seperti HIV, sifilis, gonore, dan HPV yang bisa menjadi penyebab kanker serviks" kata Ngabila dalam pesan suara ke Health Liputan6.com.
Edukasi tentang organ reproduksi tidak bisa hanya dari sekolah, orangtua juga punya peran penting di sini. "Jadi, edukasi kesehatan organ reproduksi ini harus secara masif dan berbagai sisi," kata Ngabila.
Ia juga menekankan pentingnya materi pendidikan kesehatan yang mudah dipahami dan sesuai usia anak, misalnya melalui komik, video animasi, dan modul interaktif.
Ngabila juga mengatakan bahwa bahan pengajaran tentang pendidikan kesehatan untuk usia PAUD hingga SMA sudah dirilis di akhir 2023. Ngabila menyarankan untuk bisa memaksimalkan memasukkan edukasi kesehatan reproduksi di dalamnya.
Terkait HIV, Ngabila mengatakan bahwa penularan tidak hanya lewat hubungan seksual berisiko. Bisa juga lewat penggunaan jarum suntik yang bergantian seperti pada pengguna narkoba.